Ekonomi

Pelemahan rupiah hantam sektor properti

Secara psikologis nilai tukar rupiah yang semakin melemah sangat mengganggu sektor properti, khususnya untuk segmen menengah atas

İqbal Musyaffa  | 06.09.2018 - Update : 06.09.2018
Pelemahan rupiah hantam sektor properti Petugas merapikan uang pecahan USD100 disalah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Indonesia pada Selasa 3 Juli 2018. (Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Iqbal Musyaffa

JAKARTA

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sudah menembus angka Rp15 ribu semakin menekan beberapa sektor industri, salah satunya sektor properti.

Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata mengatakan kepada Anadolu Agency, Kamis, secara psikologis nilai tukar rupiah yang semakin melemah sangat mengganggu sektor properti, khususnya untuk segmen menengah atas.

“Bahan-bahan material untuk properti menengah atas seperti granit, AC, dan lift sudah pasti naik harganya karena sebagian besar impor,” keluh dia.

Sementara itu, menurut dia, pengembang tidak bisa serta merta ikut menaikkan harga jual properti seenaknya, karena akan semakin membuat orang enggan membeli properti.

Selain itu, konsumen properti menengah atas menurut dia, saat ini lebih senang bermain valas. Orang-orang yang memiliki uang juga sedang tidak tertarik berinvestasi di properti.

“Kita dihantam dari dua arah, dari sisi produksi dan konsumen,” ungkap Soelaeman

Properti segmen menengah bawah lanjut Soelaeman, juga terkena imbasnya karena sebagian material produksi juga masih dipenuhi dari impor. Secara keseluruhan, penjualan sektor properti menurut dia masih stagnan.

Relaksasi Loan to Value (LTV) atau uang muka pembelian properti yang bisa sampai 0 persen yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia beberapa waktu lalu menurut dia, belum berdampak signifikan pada perbaikan kinerja sektor properti.

Satu-satunya sektor properti yang tidak terlalu terpengaruh oleh nilai tukar menurut Soelaeman, adalah sektor perumahan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Hal ini karena harga jual rumah MBR sudah dipatok oleh pemerintah dan banyak mengandung komponen dari dalam negeri.

“Tetapi sektor ini juga terkendala pada kemudahan perizinan dan perpajakan yang belum banyak membantu. Paket kebijakan ekonomi untuk sektor properti juga tidak memberikan perbaikan,” kesah Soelaeman.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.