Kurangi impor LPG, Indonesia fokus gasifikasi batu bara
Indonesia impor LPG hingga USD3 miliar meski bisa produksi 1,2 juta barel gas alam

Jakarta Raya
JAKARTA
Pemerintah memfokuskan industri gasifikasi batu bara coal to Dimethyl Ether (DME) untuk mengurangi impor Liquefied Petroleum Gas dan meningkatkan nilai baru bara, ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif.
Pemerintah, menurut Menteri Tasrif, menyiapkan kajian finansial, teknis dan non-teknis, pedoman pemanfaatan serta regulasi pengusahaan gasifikasi batubara.
"Kami memfokuskan pada pemegang Perjanjian Karya Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi Pertama," ujar dia dalam siaran pers, Senin.
Program DME ini telah dimasukan sebagai prioritas utama investasi minerba dalam lima tahun ke depan guna menggenjot multiplier effect bagi perekonomian nasional.
Meski bisa memproduksi gas alam hingga mencapai 1,2 juta barel setara minyak per hari (BOEPD), Indonesia masih mengimpor LPG dalam jumlah yang cukup besar.
Sebenarnya, jika produksi gas tersebut bisa dikonversi menjadi LPG sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Namun karakteristik gas yang diproduksi oleh Indonesia tidak serta merta dapat dikonversi menjadi LPG karena merupakan jenis gas kering (lean gas) dengan komponen C3-C4 tipis.
Menurut pemerintah, dalam satu tahun, impor LPG mencapai USD3 miliar atau setara Rp5 triliun.
Saat ini, ada delapan perusahaan pemegang PKP2B, yakni PT Berau Coal, PT Arutmin Indonesia, PT Adaro Indonesia, PT Indominco Mandiri, PT Kaltim Prima Coal, PT Kendilo Coal, PT Kideco Jaya Agung dan PT Multi Harapan Utama.
Pemerintah juga membuka peluang insentif pengurangan royalti batu bara.
Salah satu proyek gasifikasi batu bara saat ini tengah dikerjasamakan oleh Pertamina dan PT Bukit Asam (PTBA) Tanjung Enim & Air Products.
Proyek ini dinilai sudah cukup ekonomis lantaran PT Bukit Asam akan memasok batu bara dengan kalori rendah dengan harga terjangkau.
Pada 2023 proyek ini bisa memproduksi 1,4 Juta ton DME yang dapat menyubstitusi LPG.
Nantinya, konsumsi batu bara yang dibutuhkan PT Bukit Asam sebanyak 8 juta ton per tahun dengan GAR 4.000 kcal/kg.
Jumlah ini bisa menghasilkan beberapa jenis produk, yaitu sebanyak 1,4 juta DME, 300 ribu methanol dan 4,25 juta ton methanol ethylene glycol (MEG).
Dalam prosesnya, batubara dihilirisasi menjadi syngas (synthetic gas) yang bisa diubah langsung menjadi MEG dengan kapasitas produksi 250 ribu ton per annum.
Selain itu, syngas juga bisa diolah kembali dan menghasilkan Methanol sebanyak 300 ribu ton per annum.
Selanjutnya methanol masih bisa diolah kembali untuk menjadi DME dengan total produksi pada 2024 mencapai 1,4 juta ton per annum.
Salah satu dukungan yang dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan harga khusus bahan baku gasifikasi pada kisaran USD20 - 21 per ton, ujar Menteri Tasrif.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.