Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi Indonesia mulai membaik
Hal ini terjadi seiring dengan kegiatan ekonomi yang kembali meningkat paska-pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai kota

Jakarta Raya
JAKARTA
Keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian mulai membaik meski masih berada dalam zona pesimistis, ujar survei konsumen Bank Indonesia Juli.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan indeks keyakinan konsumen pada Juli sebesar 86,2 point indeks, masih berada di zona pesimistis atau di bawah 100.
“Namun, indeks ini meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat 83,8,” jelas Onny dalam keterangan resmi, Kamis.
Keyakinan konsumen terpantau menguat pada seluruh kelompok usia dan hampir seluruh kategori tingkat pengeluaran, ujar dia.
“Secara spasial, keyakinan konsumen membaik di 13 kota survei, dengan kenaikan tertinggi di kota Mataram 19,4 poin, Denpasar 13,7 poin, dan Pangkal Pinang 12 poin,” imbuh Onny.
Onny mengatakan kondisi terjadi karena membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi, yang terefleksi pada perbaikan seluruh komponen pembentuknya yaitu keyakinan terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan pembelian barang tahan lama.
“Hal tersebut seiring dengan kegiatan ekonomi yang kembali meningkat paska-pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai kota di Indonesia,” ujar dia.
Sementara itu, ekspektasi konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang terpantau relatif stabil di level 121,7 dibandingkan level 121,8 pada Juni lalu.
“Ekspektasi konsumen yang stabil ini seiring masih terbatasnya ekspektasi terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja di tengah ekspektasi kegiatan usaha yang membaik,” lanjut Onny.
Sebelumnya, Lembaga survei Nielsen juga menyatakan Indonesia masih berada pada 10 negara paling optimistis di dunia meski Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) pada kuartal dua menurun drastis.
Sebelumnya Indonesia mempunyai skor indeks 102 poin persentase (pp), tapi pada kuartal kedua turun 25 dibandingkan dengan kuartal I 2020.
Menurut survei Nielsen, PHK dan cuti sementara meningkatkan kekhawatiran terjadinya penurunan pendapatan dan menekan keuangan rumah tangga.
Konsumen membelanjakan uang lebih banyak untuk produk dan layanan yang esensial, uja survei tersebut.
Menurut survei itu, para konsumen membatasi kunjungan ke toko, restoran, dan tempat-tempat lain. Mereka juga menekan pengeluaran untuk hiburan, pakaian baru, dan makan di luar.
"Melihat ke depan, lebih banyak konsumen berencana membatasi pengeluaran untuk liburan tahunan, menahan keinginan untuk berjalan-jalan, dan menghabiskan lebih sedikit untuk hiburan di luar rumah," kata Indrasena Patmawidjaja, Managing Director Nielsen Connect Indonesia.
“Hal ini juga mengindikasikan masih adanya kekhawatiran masyarakat akan kemungkinan penyebaran virus COVID-19 meskipun Indonesia sudah mulai memasuki masa transisi kenormalan baru.”
*Muhamad Latief berkontribusi pada tulisan ini
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.