Industri manufaktur di Indonesia kembali menggeliat
Pemerintah memiliki tugas mengembalikan indeks PMI ke level tertinggi yang bisa dicapai dengan memperbaiki sisi permintaan agar bisa menyerap hasil industri

Jakarta Raya
JAKARTA
Pemerintah Indonesia mengaku industri manufaktur kembali menggeliat pada Juni dan Juli setelah sempat terpukul dampak Covid-19.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan indikasi positif ini terlihat dari Purchasing Manager’s Index (PMI) pada Juli yang kembali naik ke level 46,9.
“PMI kita sempat berada pada titik tertinggi dalam sejarah republik sebesar 51,9 pada Februari lalu sebelum anjlok karena Covid-19,” jelas Menteri Agus dalam diskusi virtual, Selasa.
Dia menjelaskan indeks PMI Indonesia pada Maret turun ke level 45,8 kemudian merosot di April menjadi 27,5 hingga kemudian berangsur naik pada Mei menjadi 28,6 dan Juni 39,1 hingga 46,9 pada Juli.
“Ini sangat menggembirakan karena PMI ini indikator dari kepercayaan diri pelaku industri untuk ekspansi dan berproduksi,” ujar Menteri Agus.
Dia mengatakan pemerintah memiliki tugas untuk mengembalikan indeks PMI ke level tertingginya.
Hal ini sangat tergantung pada upaya memperbaiki sisi permintaan agar bisa meningkatkan penyerapan hasil produksi industri manufaktur di berbagai subsektor.
Menteri Agus mengatakan pada kuartal pertama tahun ini sektor industri hanya tumbuh 2,01 persen, jauh lebih rendah dari pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 4,8 persen.
“Ini wajar karena pada kuartal pertama kita sudah mulai menghadapi tekanan dampak pandemi Covid-19,” lanjut dia.
Selain itu, dia mengatakan peran sektor industri sangat penting karena masih menjadi penyumbang dominan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dengan porsi 17,86 persen.
Kemudian, investasi pada industri manufaktur periode Januari-Juni tahun ini mulai meningkat menjadi Rp129,56 triliun dari sebelumnya Rp104,6 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Akan tetapi, kontribusi penerimaan pajak dari sektor industri manufaktur mengalami penurunan dari Rp160,62 triliun pada Januari-Juni tahun lalu menjadi Rp145,3 triliun.
Meski begitu, Menteri Agus mengatakan berdasarkan riset McKinsey, pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak Covid-19 relatif lebih cepat dibanding beberapa negara di ASEAN dengan perkiraan pemulihan akan terjadi pada kuartal keempat tahun ini hingga akhir tahun depan.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.