Ekonomi

Industri kreatif Indonesia fokus ke film, games dan musik

Kontributor terbesar PDB ekonomi kreatif berasal dari tiga sektor, fesyen, kriya dan kuliner yang menyumbang lebih dari 75 persen

Muhammad Nazarudin Latief  | 08.11.2017 - Update : 08.11.2017
Industri kreatif Indonesia fokus ke film, games dan musik Ilustrasi. (Agoes Rudianto-Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Muhammad Latief

JAKARTA

Pemerintah berusaha mengembangkan tiga sub-sektor prioritas ekonomi kreatif yang berpotensi menjadi industri masa depan yaitu film, animasi dan video; aplikasi dan games; dan juga musik, demikian diungkapkan Direktur Riset dan Pengembangan Ekonomi Kreatif, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Wawan Rusiawan, Rabu.

Kontribusi ketiga sub-sektor ini, kata Wawan, pada total Pendapatan Domestik Bruto (PBD) ekonomi kreatif pada 2015 masih terbilang kecil yakni baru sekitar 0,01 persen atau senilai Rp1,354 triliun.

Namun pertumbuhannya mencapai 6,68 persen, jauh di atas pertumbuhan rata-rata ekonomi kreatif yang hanya 4,38 persen.

“Sehingga diharapkan jadi sub-sektor masa depan, menjadi milik anak muda, karena basisnya media,” ujar Wawan saat membuka acara Animasi Cikini (Animakini), sebuah ajang pertemuan industri kreatif di Indonesia.

Perkembangan industri kreatif di Indonesia menurut Wawan dari tahun ke tahun makin menggembirakan.

Pada 2015, total kontribusinya pada PDB nasional mencapai Rp852 triliun, kemudian tahun lalu mencapai Rp900 trilun, dan akhir tahun ini diharapkan lebih dari Rp1.000 triliun. Pelakunya mencapai 8,2 juta unit usaha dari Aceh hingga Papua.

Kontributor terbesar PDB ekonomi kreatif adalah dari tiga sektor, fesyen, kriya dan kuliner yang menyumbang lebih dari 75 persen.

Pemerintah berusaha mengembangkan tiga sub-sektor prioritas tersebut dengan berbagai cara. Seperti dari sisi riset dan inovasi, permodalan, infrastrutktur, pemasaran hinga sertifikasi serta pendaftaran hak kekayaan intelektualnya.

Tantangan industri animasi, film dan video ini, kata Wawan, adalah persaingan yang keras di dunia televisi sebagai medium untuk menyampaikan pada masyarakat. Karena itu, sebagian studio-studio animasi memilih youtube untuk menayangkan produknya.

Hasilnya terbilang menggembirakan karena rata-rata berhasil menembus batas psikologis satu juta penonton. Film-film yang ditayangkan seperti Bilu Mela, serial Si Juki dan Grey Jingga, Binekon dan Trio Hantu.

Selain itu, produksi animasi Battle of Surabaya pada 2015 sudah diyatangkan di bioskop. Akhir tahun ini juga akan tayang di bioskop film animasi Si Juki serta satu film action berjudul Kris Knight. Bekraf, menurut Wawan juga berusaha menghadirkan perusahaan-perusahaan besar dalam industri ini yang diperkirakan berminat dengan animasi buatan Indonesia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.