Ekonomi

Indonesia target tiga perjanjian perdagangan bilateral tahun ini

Pemerintah memprediksi akan mendapat banyak manfaat dari perdagangan dengan Uni Eropa, Australia dan Chile

Megiza Soeharto Asmail  | 08.11.2017 - Update : 08.11.2017
Indonesia target tiga perjanjian perdagangan bilateral tahun ini Aktivitas bongkar muat di pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, 20 Oktober 2017. (Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Megiza Asmail

JAKARTA

Indonesia mengejar target penyelesaian tiga perundingan perdagangan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) tahun ini dengan Australia (AI-CEPA), Chile (IC-CEPA) dan European Free Trade Association atau EFTA (IE-CEPA).

Direktur Direktur Perundingan Bilateral, Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini mengatakan, pada Rabu, meski mengejar target, penjanjian tersebut “tetap berkualitas dan menguntungkan kedua belah pihak.”

Setelah IC-CEPA dicanangkan, kinerja perdagangan dengan Chile mulai membaik, padahal sebelumnya lebih dari lima tahun (2012-2016) tercatat mengalami penurunan sebesar 12 persen. Namun pada periode Januari-Agustus naik 27% menjadi USD 201,31 juta dari USD 158,36 juta year on year.

Secara bertahap, kedua negara menyepakati perjanjian barang (trade in goods), kemudian berlanjut ke perjanjian investasi, jasa, atau komoditas lain, mengikuti perkembangan.

Komoditas ekspor unggulan Indonesia ke Chile di semester I 2017 adalah alas kaki olah raga sebesar USD 25,43 juta dan alas kaki dengan sol karet sebesar USD 8,52 juta. Sedangkan dari Chile adalah tembaga sebesar USD 20,2 juta dan bubur kertas kayu kimia sebesar USD 12,6 juta.

“Awal November ini ada perundingan lanjutan IC-CEPA putaran ke-6,” ujarnya.

Sementara IE-CEPA sudah memasuki putaran ke-13 pada 7-10 November. Perundingan IE-CEPA merupakan perundingan CEPA secara penuh, yang artinya perdagangan jasa dan investasi juga menjadi isu yang dirundingkan.

Ketua Perundingan Indonesia untuk IE-CEPA, Duta Besar Soemadi DM Brotodiningrat, mengatakan meski dikejar target penyelesaian akhir tahun ini, bukan berarti perundingan tersebut akan mengalami penurunan kualitas.

Sedangkan isu yang memerlukan pembicaraan lebih lanjut adalah akses pasar untuk perdagangan barang, jasa, dan investasi. Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) juga menaruh perhatian besar terhadap perlindungan kekayaan intelektual.

“Indonesia akan mendorong isu akses tenaga kerja dan kerja sama,” ujar Soemadi.

Pada 2016, EFTA menjadi tujuan ekspor produk Indonesia terbesar ke-15 dengan nilai USD2,3 juta dan asal impor nonmigas terbesar ke-19 dengan nilai USD 1 miliar bagi Indonesia. Total perdagangan Indonesia dengan EFTA mencapai USD 3,3 miliar.

Selama kurun waktu lima tahun terakhir, neraca perdagangan terus meningkat dan pada 2016 Indonesia surplus USD 1,2 miliar.

Adapun produk-produk ekspor utama Indonesia di antaranya adalah perhiasan, perangkat optik, emas, perangkat telepon, dan minyak esensial.

Sementara itu, impor dari EFTA antara lain emas, turbo-jet, obat-obatan, pupuk, dan campuran bahan baku industri. Di sisi lain nilai investasi negara anggota EFTA di Indonesia mencapai USD 979,2 juta.

Untuk perundingan dengan Autralia (IA-CEPA) putaran ke-10 rencananya akan digelar 13-17 November 2017. Periode itu juga ditargetkan menjadi putaran terakhir setelah Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull bertemu Februari lalu.

Sampai saat ini, isu yang belum disepakati antara lain akses pasar di bidang perdagangan barang, perdagangan jasa, dan investasi.

Sedangkan isu lain yang juga harus diselesaikan di antaranya terkait keterangan asal barang, prosedur kepabeanan, perdagangan elektronik, telekomunikasi, perpindahan orang perseorangan, persaingan usaha, kerja sama ekonomi, serta hukum dan kelembagaan.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın