Ekonomi

Indonesia masih babak belur dalam perdagangan dengan China

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia dengan China mengalami defisit sebesar USD16,96 miliar untuk periode Januari-November

İqbal Musyaffa  | 16.12.2019 - Update : 17.12.2019
Indonesia masih babak belur dalam perdagangan dengan China Ilustrasi. China. (Foto file-Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Kinerja perdagangan Indonesia dengan China pada November tahun ini semakin tertekan. Ini terlihat dari turunnya ekspor Indonesia ke China, namun impor Indonesia asal China kian meningkat.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia dengan China mengalami defisit sebesar USD16,96 miliar untuk periode Januari-November.

Meski masih mencatat defisit, namun ada sedikit perbaikan dalam defisit perdagangan Indonesia dengan China dari periode yang sama tahun lalu dengan jumlah USD18,08 miliar.

Dalam data BPS tercatat ekspor nonmigas Indonesia ke China pada November turun USD348 juta dibanding bulan sebelumnya. Meski begitu, China masih menjadi pasar utama tujuan ekspor produk-produk Indonesia.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan ekspor Indonesia ke China masih yang terbesar untuk periode Januari-November tahun ini dengan jumlah USD23,54 miliar atau mencapai 16,62 persen dari total ekspor Indonesia pada periode tersebut yang berjumlah USD153,11 miliar.

Sementara itu, impor produk-produk China yang masuk ke Indonesia pada November justru meningkat USD226,9 juta dari bulan Oktober lalu.

Dia menjelaskan impor Indonesia asal China didominasi oleh produk-produk mesin dan peralatan mekanis dengan jumlah USD1 miliar pada November ini serta besi dan baja sebesar USD908 juta.

Selain itu, terjadi juga peningkatan impor buah-buahan asal China sebesar 48,8 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya dan juga naik 109,47 persen dari November 2018.

“Beberapa barang jenis konsumsi yang naik pada November antara lain buah-buahan seperti apel dan jeruk mandarin dari China,” kata Suhariyanto, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Dalam data BPS, impor apel asal China pada November ini mencapai USD56,16 juta, meningkat 120,98 persen dari impor pada Oktober yang sebesar USD25,41 juta.

Sementara impor jeruk mandarin pada November mencapai USD12,8 juta yang meningkat 190 persen dari Oktober lalu yang sebesar USD4,4 juta.

Impor lain dari China yang meningkat adalah untuk mesin dan perlengkapan mekanis sebesar 13,7 persen dari USD885,88 juta pada Oktober menjadi USD1 miliar dengan jenis produk terbesar yang diimpor adalah laptop termasuk juga notebook dengan jumlah USD123,14 juta yang meningkat 53 persen dari bulan sebelumnya sebesar USD80,46 juta.

China juga menjadi sumber impor utama Indonesia dengan jumlah USD40,51 miliar untuk periode Januari-November 2019 dengan porsi 29,68 persen dari total impor pada periode tersebut yang sebesar USD156,22 miliar.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.