Indonesia, Malaysia, Thailand akan mengembangkan “Rubber City”
Ketiga negara sepakat mengurangi ekspor karet alam sebesar 240.000 ton untuk jangka waktu empat bulan

Jakarta Raya
Muhammad Latief
JAKARTA
Tiga negara produsen karet alam terbesar dunia - Indonesia, Malaysia dan Thailand - berkomitmen mengembangkan Rubber City atau Kota Karet di kawasan Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT).
Kawasan ini dibangun untuk meningkatkan konsumsi karet dan mendorong pengembangan industri hilir.
Direktur Pusat Kerja Sama Pertumbuhan Segitiga Indonesia-Malaysia-Thailand (CIMT), Firdaus Dahlan mengatakan empat kawasan Kota Karet - Kedah di Malaysia, Songkhla (Thailand Selatan), Tanjung Api-Api (Sumatra Selatan), dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei di Simalungun, Sumatera Utara.
Indonesia akan mengembangkan industri hilir agar produk karet lebih mempunyai nilai tambah.
“Ketiga negara perlu memperkuat kolaborasi untuk meningkatkan konsumsi karet domestik dan menstabilkan harga karet di pasar global.
“Kami akan segera membentuk Tim Implementasi Proyek. Ini akan dipimpin oleh sektor swasta dan difasilitasi oleh pemerintah untuk mengeksplorasi peluang di industri hilir karet di wilayah IMT-GT, ” kata dia pada Bernama, Minggu.
Indonesia, Malaysia dan Thailand berkontribusi 66 persen dari produksi karet alam global. Pada April, ketiga negara sepakat mengurangi ekspor karet alam sebesar 240.000 ton untuk jangka waktu empat bulan.
Presiden Indonesia Joko Widodo mengetuai KTT IMT-GT ke-12 di Bangkok, Minggu lalu, yang diadakan bersamaan dengan KTT ASEAN ke-34.
Perdana Menteri Mahathir Mohamad, Perdana Menteri Thailand Jenderal Prayuth Chan o-cha dan sekretaris jenderal ASEAN Datuk Lim Jock Hoi dan Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB) Takehiko Nakao hadir sebagai mitra.
IMT-GT adalah inisiatif kerja sama sub-regional yang dibentuk pada 1993, terdiri dari 14 provinsi di Thailand selatan, delapan negara bagian Semenanjung Malaysia, dan 10 provinsi di Pulau Sumatera Indonesia.
Firdaus mengatakan Indonesia, Malaysia dan Thailand bekerja sama mempromosikan pariwisata bersama dengan keragaman di antara tujuan-tujuan pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di tiga negara.
“Pariwisata adalah salah satu program unggulan kami. Selama pertemuan, kami mengusulkan visa masuk tunggal untuk area IMT-GT. Itu masih proposal. Kami akan mengejar masalah ini setelah pertemuan puncak,” katanya.
Pada KTT IMT-GT ke-12 di Bangkok, Firdaus mengatakan, laporan tentang implementasi proyek dan tindakan kemajuan atas tujuh pilar strategis utama IMT-GT disampaikan kepada para pemimpin negara.
Dengan bantuan teknis dari ADB, tahun ini IMT-GT melakukan penilaian terhadap lima koridor ekonomi IMT-GT yang ada dan sebuah studi tentang koridor keenam.
Ini koridor yang menghubungkan tiga provinsi perbatasan selatan Thailand (Pattani, Yala, Narathiwat) dengan Perak dan Kelantan di Malaysia, dan Sumatra bagian selatan di Indonesia untuk meningkatkan perdagangan, pariwisata, dan konektivitas fisik.
Setelah 26 tahun berdiri, kata dia, IMT-GT telah mengimplementasikan proyek konektivitas fisik (PCP) senilai USD47 miliar atau RM194 miliar), termasuk Light Rail Transit (LRT) di Palembang Sumatera Selatan.
Pusat Pabean, Imigrasi dan Karantina (CIQ) di Songkhla dan Betong Airport di Yala Thailand, dan Layanan Ro-Ro Dumai-Malaka antara Malaysia dan Indonesia diharapkan akan selesai tahun depan, katanya.
“KTT IMT-GT membuahkan hasil karena para pemimpin Indonesia, Malaysia dan Thailand berkomitmen untuk meningkatkan perdagangan, investasi dan konektivitas di dalam sub-wilayah sambil memberikan panduan mereka untuk berkolaborasi di bawah tantangan perdagangan dan lingkungan,” katanya.
Sementara itu, Pernyataan Bersama Para Pemimpin mengatakan para pemimpin menekankan niat baik mereka untuk mencapai Visi IMT-GT 2036 yang selaras dengan Visi ASEAN.
“Para pemimpin sepakat memperkuat dan mempercepat kerja sama ekonomi. Peluang dalam konektivitas, transportasi dan logistik, infrastruktur, energi, perdagangan, lingkungan, investasi, pariwisata, pengembangan sumber daya halal dan manusia harus dimaksimalkan sepenuhnya untuk mencapai pertumbuhan inklusif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, ”kata dia.