Ekonomi, Nasional

Indonesia luncurkan obligasi global bertenor hingga 50 tahun

“Kami terbitkan ini dalam rangka menjaga pembiayaan secara aman sekaligus menambah cadangan devisa bagi BI,” jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani

Iqbal Musyaffa  | 07.04.2020 - Update : 09.04.2020
Indonesia luncurkan obligasi global bertenor hingga 50 tahun Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani. (Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA 

Pemerintah Indonesia, pada Selasa, menerbitkan obligasi atau surat berharga negara di pasar global sebesar USD4,3 miliar yang dibagi ke dalam tiga jenis dengan tenor panjang hingga 50 tahun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penerbitan obligasi tersebut memang sangat kecil karena dilakukan di tengah ketidakpastian pasar global yang masih bergerak dinamis

“Bond pertama yang diterbitkan dengan seri RI1030 dengan tenor 10,5 tahun dan jatuh tempo pada 15 Oktober 2030 yang kita terbitkan sebesar USD1,65 miliar dengan yield 3,9 persen,” ujar Menteri Sri Mulyani dalam telekonferensi di Jakarta, Selasa.

Sementara itu, obligasi kedua dengan seri RI1050 diterbitkan sebesar USD1,65 miliar dengan imbal hasil (yield) 4,25 persen serta tenor selama 30,5 tahun dengan tanggal jatuh tempo pada 15 Oktober 2050.

Kemudian, obligasi ketiga adalah seri terbaru yang belum pernah diterbitkan sebelumnya, yakni RI0470 dengan tenor 50 tahun yang akan jatuh tempo pada 15 April 2070 dengan nilai USD1 miliar dan yield 4,5 persen.

“Kami terbitkan ini dalam rangka menjaga pembiayaan secara aman sekaligus menambah cadangan devisa bagi BI,” jelas dia.

Menteri Sri Mulyani menjelaskan pemanfaatan penerbitan obligasi tersebut sangat positif di tengah turbulensi pasar keuangan global serta menjadi penerbitan terbesar dalam sejarah penerbitan obligasi oleh Indonesia.

“Indonesia juga menjadi negara pertama yang menerbitkan sovereign bond sejak Covid-19 terjadi pada Februari hingga Maret. Tidak ada satu negara pun yang masuk ke global bond karena volatilitas dan gejolak yang besar,” lanjut Menteri Sri Mulyani.

Dia menambahkan penerbitan obligasi tersebut dilakukan seluruhnya secara elektronik tanpa pertemuan secara fisik.

“Penerbitan tenor 50 tahun pertama kali ini merupakan tenor terpanjang yang dilakukan pemerintah dan secara implisit menunjukkan kepercayaan investor terhadap kondisi ekonomi dan keuangan negara,” imbuh dia.

Menteri Sri Mulyani menambahkan bahwa pemerintah memanfaatkan tenor 50 tahun karena preferensi investor pada tenor obligasi jangka panjang cukup kuat, sehingga bisa mendapatkan yield cukup baik yang mencerminkan risiko dan selera dari investor.

“Ini kombinasi dari SBN berdenominasi rupiah yang rata-rata appetite investor pada jangka lebih pendek di 5 tahun,” tambah Menteri Sri Mulyani.

Menurut dia, penerbitan tenor 50 tahun juga bisa menjadi benchmark tenor baru dalam kapitalisasi kurva tenor jangka panjang yang cenderung datar.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut juga mengatakan penerbitan obligasi dalam suasana yang penuh ketidakpastian saat ini, Indonesia mampu mendapatkan yield lebih baik dibandingkan pada tahun 2018 yang saat itu terjadi arus modal keluar dalam jumlah besar akibat the Fed menaikkan suku bunga 5 kali berturut-turut.

“Ini sesuatu yang cukup positif dan menggambarkan reputasi Indonesia yang cukup stabil dan bahkan penerbitan tenor 50 tahun juga lebih rendah dibandingkan tenor 10 tahun yang kita terbitkan pada 2018,” ujar Menteri Sri Mulyani.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.