Ekonomi

Indonesia intip peluang di balik resesi global

Indikator pelemahan atau resesi ekonomi di AS terlihat dari terjadinya inverted yield curve atau kurva hasil terbalik pada US treasury

İqbal Musyaffa  | 26.03.2019 - Update : 27.03.2019
Indonesia intip peluang di balik resesi global Ilustrasi: Mata uang rupiah (Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Iqbal Musyaffa

JAKARTA

Indonesia tengah mencari peluang pertumbuhan di tengah kondisi ekonomi global khususnya AS yang sedang mengalami resesi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tantangan ekonomi pada 2019 berbeda dengan 2018. Pada tahun ini ekonomi global semakin menunjukkan pelemahan yang signifikan dengan proyeksi pertumbuhan melemah dari 3,9 persen menjadi 3,5 persen dan bahkan terus melemah.

Menteri Sri menambahkan indikator pelemahan atau resesi ekonomi di AS terlihat dari terjadinya inverted yield curve atau kurva hasil terbalik pada US treasury untuk jangka waktu 3 bulan, 1 tahun, dan 10 tahun.

“(Inverted yield curve) ini biasanya menjadi leading indicator terhadap kemungkinan terjadinya resesi di AS,” jelas dia saat ditemui di Jakarta, Selasa.

Sebagai informasi, inverted yield curve adalah kondisi saat tingkat bunga instrumen utang jangka panjang memiliki hasil lebih rendah daripada instrumen utang jangka pendek dengan kualitas kredit yang sama.

Menteri Sri menekankan AS dan China merupakan dua ekonomi terbesar di dunia, sehingga resesi yang terjadi di dua negara tersebut akan memengaruhi ekonomi global.

“Tapi di sisi lain, kita bisa lihat kesempatannya dari sisi aliran modal karena investor akan mencari tempat yang masih memiliki pertumbuhan tinggi dan kuat,” jelas dia.

Dia menjelaskan yield di Indonesia masih di atas 5 persen dan masih cukup stabil sampai beberapa dekade sehingga bisa menjadi salah satu pilihan utama bagi investor.

“Jadi kalau kita terus memperbaiki iklim investasi dan kebijakan kita, akan memberikan kesempatan bagi aliran modal masuk ke negara kita,” tambah dia.

Menteri Sri mengatakan dalam dua bulan pertama tahun ini aliran modal asing yang masuk meningkat dengan signifikan dibanding tahun lalu. Pada tahun lalu justru banyak modal asing yang mengalir keluar dari Indonesia saat suku bunga AS meningkat.

Dia menambahkan saat ini kenaikan suku bunga the Fed berhenti dan ada prediksi akan melemah berhenti di the fed plus adanya prediksi akan melemah.

“Ini yang menyebabkan capital akan mencari tempat yang lebih atraktif dan kita bisa menjadi tempat yang baik,” ungkap Menteri Sri.

Selain itu, Indonesia juga akan fokus untuk memperkuat ekonomi di dalam negeri dengan menggunakan berbagai instrumen seperti fiskal, belanja dalam negeri, dan perpajakan di tengah resesi ekonomi yang melanda AS dan global.

Menteri Sri mengatakan berbagai instrumen kebijakan ekonomi domestik akan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan investasi.

“Momentum growth sampai akhir tahun lalu bagus. Capital market bullish dan capital spending juga meningkat,” ungkap Menteri Sri di Jakarta, Selasa.

Dia berharap beberapa infrastruktur yang sudah selesai akan mengakselerasi belanja modal menjadi jauh lebih efisien.

Kemudian, stabilisasi harga dan pasokan juga akan menjaga daya beli masyarakat sehingga konsumsi akan menjadi lebih baik.

“Sedangkan dari APBN defisitnya akan dipakai untuk menstimulasi pertumbuhan,” jelas Menteri Sri.

Menurut dia, dalam menghadapi resesi perekonomian global khususnya ekonomi AS, Indonesia juga terus membahas upaya pertumbuhan ekspor.

Menteri Sri mengatakan meskipun lingkungan ekonomi global melemah, tetapi berbeda dari sisi regional untuk mendorong ekspor.

“Jadi kesempatannya akan kita lihat dari beberapa negara. Namun memang Amerika dan China sekarang ekonominya cenderung melemah semuanya dan harus diwaspadai dengan baik,” urai dia.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.