Pizaro Gozali

JAKARTA

Indonesia terus mengintensifkan lobi kepada Amerika Serikat untuk meringankan tarif bea masuk produk-produk dalam negeri ke Paman Sam.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan kedekatan politik tidak serta merta dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi AS saat ini.

Karena itu, Menteri Retno mengaku sudah bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dua kali untuk memperjuangkan ekonomi Indonesia.

“Dalam pertemuan terakhir Agustus lalu, saya angkat masalah Generalized System of Preference (GSP) atau fasilitas bebas biaya masuk bagi negara berkembang,” ujar Menteri Retno di DPR, Jakarta, Rabu.

Menteri Retno menyampaikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita juga telah melakukan lobi serupa saat mengunjungi Washington pada Juli lalu.

“Upaya untuk memperjuangkan kepentingan ekonomi Indonesia kita bawa terus dalam berhubungan dengan AS,” ujar Menteri Retno.

Menteri Retno Marsudi menyampaikan Indonesia harus melalukan diplomasi ekonomi karena dampak perang dagang antara AS-China sangat mengkhawatirkan.

“Dunia pasti akan terpengaruh jika perang dagang ini berlanjut,” kata Menteri Retno.

Sebelumnya, diplomasi ekonomi Indonesia ke AS telah membuahkan hasil positif.

Produk besi dan aluminium asal Indonesia mendapatkan pengecualian dari kebijakan tarif impor sebesar 25 persen dari pemerintah AS.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan ada 19 produk baja jenis carbon and alloy dan stainless steel (baja tahan karat) yang terbebas dari 25 persen tarif global AS.

Indonesia sebelumnya juga mendapatkan pengecualian untuk 142 permohonan produk baja Carbon and Alloy dengan total volume lebih dari 6.784 ton dan 1 permohonan aluminium sheet seberat 1.680 ton.

“Ini hasil negosiasi antara Menteri Enggartiasto Lukita dengan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross pada Juli lalu,” ujar Oke, Selasa.