
Jakarta Raya
JAKARTA
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan kinerja ekspor Indonesia pada bulan November yang menggembirakan karena mencatat nilai tertinggi sepanjang 2020 sebesar USD15,28 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan nilai ekspor tersebut bahkan merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2018 yang pada saat itu tercatat total ekspor sebesar USD15,91 miliar.
“Nilai ekspor ini sangat bagus dan menggembirakan karena tumbuh 6,36 persen secara bulanan dan 9,54 persen secara tahunan,” jelas Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Selasa.
Dia menjabarkan pertumbuhan ekspor secara bulanan karena ada peningkatan ekspor migas sebesar 24,26 persen menjadi USD0,76 miliar sementara ekspor nonmigas tumbuh 5,56 persen menjadi USD14,51 miliar.
Suhariyanto mengatakan beberapa komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan ekspor secara signifikan antara lain lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, besi dan baja, bijih terak dan abu logam, serta mesin dan peralatan.
Sementara itu, peningkatan ekspor secara tahunan karena adanya kenaikan ekspor nonmigas 12,41 persen sementara ekspor migas turun 26,27 persen.
“Seluruh sektor memberi kontribusi positif pada pertumbuhan ekspor secara bulanan,” kata Suhariyanto.
Dia menjabarkan pada sektor pertanian tercatat nilai ekspor USD0,45 miliar yang mengalami pertumbuhan 6,33 persen secara bulanan dan secara tahunan tumbuh 33,33 persen.
Peningkatan ekspor pertanian secara bulanan utamanya berasal dari hasil hutan bukan kayu lainnya, tanaman obat aromatik dan rempah-rempah, buah-buahan tahunan, cengkeh, dan sarang burung.
Kemudian pada sektor industri pengolahan yang mencatat nilai ekspor pada November sebesar USD12,12 miliar juga meningkat 2,95 persen secara bulanan dan 14,47 persen secara tahunan.
“Secara bulanan komoditas ekspor yang naik tajam antara lain minyak kelapa sawit, besi dan baja, pupuk kimia dasar organik dari hasil pertanian, dan perlengkapan komputer,” urai Suhariyanto.
Selanjutnya, ekspor sektor pertambangan dan lainnya yang sebesar USD1,95 miliar tumbuh 25,08 persen secara bulanan yang disebabkan oleh peningkatan ekspor batu bara, lignit, bijih tembaga, dan bijih logam lainnya.
“Tapi secara tahunan ekspor pertambangan dan lainnya turun 2,05 persen,” lanjut dia.
Suhariyanto mengatakan secara keseluruhan peningkatan ekspor pada bulan November karena adanya peningkatan permintaan volume dan didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditas seperti minyak mentah, minyak kernel, minyak kelapa sawit, seng, alumunium, batu bara, dan tembaga.
Dia menambahkan berdasarkan negara tujuan ekspor terjadi peningkatan ekspor ke China sebesar USD461,8 juta, Malaysia USD158,1 juta, dan Pakistan 128,9 juta.
Kemudian terjadi peningkatan ekspor lemak dan minyak hewani nabati sebesar USD449,4 juta, bahan bakar mineral USD268,5 juta, dan besi baja USD210,8 juta.