Ekonomi

Indonesia akan kurangi 20% impor komponen elektronika pada 2021

Kuota tersebut akan diganti oleh pasokan suplier lokal

Muhammad Nazarudin Latief  | 21.10.2018 - Update : 22.10.2018
Indonesia akan kurangi 20% impor komponen elektronika pada 2021 Ilustrasi: Aktivitas di Jakarta International Container Terminal. ( Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

Muhammad Latief

JAKARTA

Pemerintah meyakini implementasi Road Map Makin Indonesia 4.0 akan mengurangi rasio impor barang tersebut hingga 20 persen pada 2021 mendatang, ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara di Jakarta, Jumat.

“Peta jalan itu bisa mengembangkan pemain lokal andalan menjadi berkemampuan tinggi dan bisa mengurangi rasio impor untuk komponen elektronika,” ujar Ngakan.

Penguatan kapasitas ini dilakukan oleh Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung, salah satu unit pelayanan teknis (UPT) Kementerian Perindustrian.

Lembaga ini menurut Ngakan menyediakan sarana riset dan perekayasaan serta mendukung pelayanan standardisasi melalui laboratorium pengujian untuk komponen elektronika. di antaranya resistor, switch dan relay, inductor, lilitan, serta baterai.

Pemerintah juga berupaya menarik investasi industri elektronika kelas dunia sehingga ke depan manufaktur domestik dapat memiliki daya saing global. Untuk itu diperlukan pemberian fasilitas insentif yang menarik.

Targetnya adalah bisa memiliki kemampuan dalam industri komponen ponsel dan baterai untuk kendaraan listrik.

Selain itu diperlukan peningkatan kompetensi tenaga kerja melalui program pendidikan vokasi industri serta program foreign talent mobility sesuai kebutuhan saat ini.

Langkah lainnya adalah memacu terciptanya inovasi lokal. Misalnya dengan membangun litbang nasional, pemberian insentif litbang swasta, dan transfer teknologi dari perusahaan kelas dunia.

“Jadi, nantinya selain assembly, kita juga mampu untuk mendesain dan menghasilkan produk komponen elektronika yang inovatif dengan ditunjang tenaga kerja terampil,” tutur Ngakan.

Secara regional, Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan industri elektronika karena tersedianya pasar domestik yang besar.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto menyampaikan, pihaknya mendorong penguatan struktur industri elektronika di dalam negeri melalui peningkatan investasi.

Upaya ini selain mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional, juga diyakini memacu daya saing sektor manufaktur nasional sehingga bisa menjadi bagian dari rantai pasok di pasar global.

Kemenperin mencatat, investasi industri elektronika mencapai Rp8,34 triliun pada 2017, terdiri dari penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp7,65 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sekitar Rp690 miliar.

Capaian investasi tahun lalu tersebut, meningkat dibanding 2016 yang tercatat hingga Rp5,97 triliun dan 2015 di angka Rp3,51 triliun.

Perkembangan investasi itu di antaranya ada yang dari industri televisi, peralatan perekam, consumer electronics, dan peralatan fotografi.

Selain itu, terdapat juga industri komponen, antara lain sektor manufaktur untuk baterai dan aki, peralatan lighting elektrik, peralatan elektrothermal rumah tangga, serta domestic appliances.

Populasi sektor elektronika ini tumbuh hingga 67 unit usaha 2017 atau naik dibanding tahun sebelumnya sebanyak 57 unit usaha. Targetnya bisa mencapai 72 unit usaha pada 2018.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.