Indonesia-Afrika sepakati perdagangan senilai USD1,09 miliar
Kapal cepat, pesawat dan kendaraan tempur buatan Indonesia paling diminati negara-negara Afrika

Jakarta Raya
Muhammad Latief
JAKARTA
Produk strategis seperti kapal cepat rudal, pesawat NC 212 dan CN 235, kendaraan tempur anoa, menjadi produk paling diminati negara-negara Afrika dalam Indonesia-Africa Forum (IAF) di Bali 10-11 April.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan, Pameran Produk Indonesia berhasil mencatat transaksi sebesar USD502 juta. Sedangkan kesepakatan bisnis melalui penandatanganan nota kesepahaman saat pembukaan IAF mencapai USD 586,5 juta.
“Dengan demikian, total kesepakatan dagang dalam IAF mencapai USD 1,09 miliar,” ujar Arlinda dalam siarannya, Kamis.
Menurut Arlinda selain produk strategis, produk yang diminati antara lain produk manufaktur, produk UMKM, suku cadang motor, sepeda motor, ban mobil, kendaraan penumpang, makanan olahan, kopi, perhiasan, kain tradisional, dan jasa penerbangan.
Delegasi yang paling banyak melakukan transaksi bisnis adalah Gabon, Guinea Bisau, Senegal, Nigeria, Mauritius, Maroko, Uganda, Republic of Kongo, Republic de Guinea, Zimbabwe, Mali, Swaziland, Cote d ivore, Ethiopia, Namibia, dan Kamerun.
Pameran produk ini diikuti oleh 54 peserta dari perusahaan, asosiasi, kementerian, dan lembaga yang bergerak di bidang industri strategis.
Indonesia menurut Arlinda tetap menawarkan produk andalannya, yaitu kelapa sawit. Selain itu otomotif, produk farmasi, kopi, konstruksi, keuangan, peralatan medis, teknologi, fesyen dan aksesori, kerajinan, home décor, serta produk organik.
“Hasil transaksi yang diperoleh saat pameran masih sangat berpotensi meningkat dari banyaknya tindak lanjut inquiry peserta pameran,” ujar Arlinda.
Menurut Arlinda, pihaknya ingin terus mengenalkan produk-produk Indonesia pada 53 negara Afrika yang ikut dalam forum tersebut.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan tahun ini pemerintah menargetkan adanya peningkatan transaksi perdagangan sebanyak 11 persen dengan negara-negara Afrika.
Negara-negara Afrika menurut Menteri Enggar adalah pasar nontradisional yang tengah berkembang. lalu, nilai perdagangan Indonesia-Afrika mencapai USD8,84 miliar atau meningkat sebesar 15,25% dibandingkan 2016.
Namun, ada beberapa hambatan perdagangan dengan negara-negara Afrika. Antra lain soal bea masuk dan tarif yang masih cukup tinggi. Persoalan ini bisa diatasi dengan perjanjian dagang bilateral maupun multilateral yang mengikat.
Selain itu ada kesepakatan regional negara-negara Afrika yang menghambat perdagangan dengan kawasan lain. Tantangan lain adalah dinamika politik internal yang membuat kawasan tersebut tidak stabil.
Menurut Menteri Enggar, satu nilai plus dari Indonesia dalam upaya meningkatkan kerja sama dengan negara-negara di kawasan Afrika adalah adanya ikatan historis emosional di masa lampau.
Indonesia-Afrika mempunyai hubungan yang panjang, dimulai pada 1652 saat serombongan orang dari Jawa berlayar ke Tanjung Harapan.
Kemudian diikuti dengan kedatangan Syech Yusuf dari Makasar pada 1694 yang menjalani hukumannya di Cape Town.
Kemudian pada abad ke-21, keturunan Jawa dan Bugis dikenal di Afrika Selatan sebagai Cape Malayan, dengan populasi mencapai 116 ribu di Cape Town dan 10 ribu di Johannesburg.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.