Ekonomi

INDEF sebut proyek Bukit Algoritma berpotensi mangkrak

INDEF mengungkapkan tiga catatan yang tidak dapat menunjang pembangunan Silicon Valley ala Indonesia tersebut secara inklusif

Devina Halim  | 15.04.2021 - Update : 18.04.2021
INDEF sebut proyek Bukit Algoritma berpotensi mangkrak ILUSTRASI. Pemberitaan proyek Bukit Algoritma di media massa. ( AA - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

JAKARTA

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) melihat proyek Bukit Algoritma di Sukabumi, Jawa Barat, berpotensi mangkrak.

Proyek dari pihak swasta tersebut digadang-gadang bakal menjadi kawasan pusat teknologi seperti Silicon Valley di Amerika Serikat.

“Potensial mangkrak atau menjadi (seperti) project bandara komersial yang hanya menjadi bengkel pesawat (Bandara Kertajati),” kata Kepala Center of Innovation and Digital Economy INDEF Nailul Huda dalam diskusi daring, Kamis.

Menurut Huda, terdapat tiga poin utama yang disebut tidak dapat menunjang pembangunan “Silicon Valley” secara inklusif.

Masalah pertama adalah rendahnya ekosistem penelitian dan pengembangan (research and development) di Tanah Air.

Salah satu penyebabnya adalah proporsi dana penelitian dan pengembangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih rendah.

Berdasarkan data UNESCO pada 2021, proporsi dana R&D terhadap PDB di Indonesia hanya 0,24 persen.

Huda juga menyebutkan bahwa inovasi Indonesia masih sangat buruk serta kebijakan insentif fiskal yang tidak optimal.

Masalah kedua, menurut INDEF, terkait dengan sumber daya manusia, di antaranya jumlah peneliti yang masih sangat rendah.

“Indonesia sendiri hanya ada 216 peneliti per 1 juta penduduk. Hasilnya adalah paten kita juga rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya,” ucap Huda.

Permasalahan terakhir yakni ketimpangan digital, di mana Huda mengatakan, sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia hanya dinikmati oleh kalangan berada.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020, Huda menuturkan, sinyal seluler yang lemah atau tidak ada sinyal masih banyak terjadi di desa luar Pulau Jawa, terutama Maluku dan Papua.

Maka dari itu, Huda pun menyimpulkan, proyek Bukit Algoritma tersebut hanya program pembangunan secara fisik, tetapi tidak mengangkat konteks inovasi.

“Jangan hanya mencontoh kebijakan yang tidak dapat direngkuh saat ini,” ucap dia.

Bangun Ekosistem

Sementara, peneliti Center of Innovation and Digital Economy INDEF Hanif Muhammad mengungkapkan, Silicon Valley seperti di Amerika Serikat menerapkan konsep triple helix, yang melibatkan pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan.

Untuk itu, Hanif menekankan pentingnya membangun ekosistem digital untuk menyukseskan Silicon Valley, termasuk pembentukan kolaborasi antara ketiga pihak tersebut.

Hanif mencontohkan, pemerintah Indonesia memiliki program 100 science and techno park (STP) pada 2015 yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Dalam perjalanannya, target tersebut direvisi menjadi 22 STP pada 2016.

Menurut Hanif, salah satu catatan program tersebut tidak sukses adalah karena tidak melibatkan pihak swasta dan universitas sejak awal.

Maka dari itu, kehadiran pusat teknologi seperti Silicon Valley harus fokus pada pembangunan ekosistem digital.

“Ada pergeseran kolaborasi antara industri dan pemerintah yang dulu cenderung berdiri sendiri, itu distimulus dengan adanya lokasi ini untuk berkolaborasi lebih kuat,” kata Hanif dalam kesempatan yang sama.

Tantangan lain yakni dana R&D serta sumber daya manusia juga perlu ditangani.

Proyek Bukit Algoritma dicetuskan oleh PT Kiniku Bintang Raya KSO yang merupakan kerja sama operasi antara PT Kiniku Nusa Kreasi dan PT Bintang Raya Lokalestari.

Ketua Pelaksana PT Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko mengungkapkan, Bukit Algoritma merupakan kawasan industri berbasis teknologi tinggi di mana fokus untuk menghasilkan paten serta hasil penelitian.

Budiman mengungkapkan, untuk tahap pertama pembangunan proyek itu diperkirakan membutuhkan dana sekitar 1 miliar Euro atau sekitar Rp 18 triliun.

Dana untuk proyek dari kerja sama operasi antara PT Kiniku Nusa Kreasi dan PT Bintang Raya Lokalestari bersumber dari investor, di antaranya asal Amerika Utara serta Eropa.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.