Ekonomi

Fintech di Indonesia dipastikan kian berkembang​

Perkembangan itu berbanding lurus dengan kebutuhan masyarakat akan bantuan jasa keuangan.

Megiza  | 20.09.2017 - Update : 20.09.2017
Fintech di Indonesia dipastikan kian berkembang​ Suasana Indonesia Banking Expo di Jakarta. (Megiza - Anadolu Agency)

Jakarta

Megiza

JAKARTA

Perkembangan inovasi teknologi Indonesia di bidang keuangan semakin terlihat pesat dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan fintech (financial technology). Hal itu berbanding lurus dengan kebutuhan masyarakat akan bantuan jasa keuangan.

Investree, misalnya. Startup fintech yang mempertemukan peminjam uang dengan pemberi pinjaman secara daring dengan sistem P2PL (peer-to-peer lending) yang baru dilaunching Mei 2016 lalu, saat ini sudah mengumpulkan ratusan miliar dari para lender (pemberi pinjaman).

Head of Marketing and Communications Investree Astranivari mengatakan ketertarikan masyarakat untuk mengembangkan uang sangat terlihat dari banyaknya pengusaha yang mendaftar untuk menjadi lender.

“Setahun ini kurang lebih Rp 300miliar dana yang disiapkan oleh para lender lewat Investree. Dibanding deposito, sistem seperti ini memang lebih menggiurkan para lender,” katanya ditemui di Indonesia Banking Expo di Jakarta, baru-baru ini.

Vari menjelaskan, sistem operasional Investree bagaikan ‘calo’ yang mempertemukan borrower (peminjam) dengan lender secara online.

Tak hanya sekadar menjadi perantara, namun Investree juga menganalisis profil kreditur, skoring, hingga menentukan persentase bunga dari pinjaman yang diajukan oleh borrower.

“Sampai saat ini rasio kredit bermasalah borrower kami masih zero default risk atau zero NPL (nonperforming loan),” ujar Vari.

Dalam data Investree, tercatat ada lebih dari 6000 lender dengan borrower pada angka 10 persen, yakni sekitar 600-an peminjam. Kebutuhan masyarakat akan jasa fintech pun kian terbukti dengan rata-rata borrower yang berasal dari kalangan pengusaha.

“Untuk seharinya rata-rata ada lima loan (pinjaman) yang masuk. Borrower perusahaan lebih banyak yaitu lebih dari 80 persen, dibanding pinjaman untuk pribadi,” imbuhnya.

Di tempat yang sama, penyedia jasa finansial berbasis teknologi CekAja.com juga merasakan perkembangan pesat pasar fintech di Indonesia.

Partnership Account Manager PT C88 Finansial Teknologi, perusahaan yang menaungi CekAja.com, Karrina Kartasasmita mengatakan target setiap bulan timnya ditingkatkan karena permintaan yang juga meningkat.

“Sangat terlihat dari awal perkembangan fintech di Indonesia ini. Dari hanya beberapa ratus yang apply untuk pengajuan produk bank, sekarang kami bisa mengirimkan sekitar 300 aplikasi untuk satu bank saja,” kata Karrina.

Dia mengatakan, dari enam produk utama bank yaitu pengajuan kartu kredit, kredit tanpa agunan (KTA), kredit kendaraan bermotor (KKB), multifinance, reksadana dan investasi, pengunjung CekAja.com lebih banyak memilih pelayanan untuk peminjaman KTA.

“Memang yang paling banyak itu KTA, yang kedua kartu kredit, meski sebenarnya kami melayani hampir semua produk bank,” ujarnya.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın