Ekonomi

Ekspor Indonesia ke Nigeria terhalang kebijakan dalam negeri

Nigeria membatasi secara ketat impor ke negaranya agar nilai tukar mereka tak terkuras

31.07.2017 - Update : 01.08.2017
Ekspor Indonesia ke Nigeria terhalang kebijakan dalam negeri FOTO FILE

Regional

Muhammad Latief 

JAKARTA

Produk-produk Indonesia harus menghadapi beberapa hambatan untuk masuk ke Nigeria, salah satu negara penting di kawasan Afrika, karena mereka . Begitu diungkapkan oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito di Jakarta, Senin.

Salah satu hambatan terbesar, Nigeria memiliki kebijakan ekonomi menjaga ketat devisa dengan membatasi impor. Pemerintah negara itu, sebut Menteri Enggar, tidak mau nilai tukar mereka tergerus impor. 

Nigeria juga mempunyai tuntutan kepada negara pengekspor, yaitu keharusan menanamkan investasi ke negaranya. "Mereka inginkan ada transfer teknologi, tak hanya sekadar pengimpor saja," papar Menteri Enggar.

Saat melakukan kunjungan ke Afrika Selatan beberapa hari lalu, Menteri Enggar mengaku membuat beberapa kesepakatan. Dia meminta Nigeria tidak memasukkan produk ekspor andalan INdonesia ke dalam daftar 25 produk yang dilarang masuk ke nagaranya (Nigeria Import Prohibition List). Produk unggulan Indonesia itu antara lain, "olahan kelapa sawit [Crude Palm Oil atau CPO], sabun, dan furnitur".

Walau keseapkatan belum ditindaklanjuti dengan penandatanganan pakta apapun, Enggar mengaskan kalau pelarangan berpotensi merugikan konsumen Nigeria dan produsen Indonesia. Di Nigeria sendiri ada belasan pabrik mie instan asal Indonesia, yang salah satu bahan baku utamanya adalah CPO.

Agar kedua negara sama-sama diuntungkan, Menteri Enggar mengusulkan kepada pemerintah Nigeria untuk menjalankan counter trade atau imbal dagang. Caranya, "Indonesia akan menerima minyak dari Nigeria. Sebagai imbalan, Nigeria akan menerima CPO dan produk-produk turunannya," lanjut Menteri Enggar. Bahkan bukan tak mungkin, Indonesia dapat mengirim komoditas lain sebagai imbalan seperti produk kerajinan dan furnitur.

Dengan penduduk lebih dari 180 juta jiwa, kata dia lagi, Nigeria adalah pasar yang menggiurkan. Selama ini, Indonesia sudah melakukan kerja sama dagang. Tapi, "Secara keseluruhan masih defisit".

Saat ini, impor minyak dari Nigeria masih mengalami defisit sebesar USD 1,3 miliar bila tanpa perjanjian imbal dagang. "Harapannya kita bisa ekspor sampai USD 1,8 miliar ke sana, sehingga masih bisa surplus USD 500 juta. Mereka butuh CPO, kok," tandas Menteri Enggar.



Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın