Ekspor impor Indonesia dengan China turun, belum terdampak Covid-19
Secara keseluruhan pada Januari 2020 Indonesia masih mencatatkan defisit perdagangan dengan China senilai USD1,84 miliar, sedikit membaik dari defisit pada Januari 2019 yang sebesar USD2,4 miliar

Jakarta Raya
JAKARTA
Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan kinerja perdagangan Indonesia dengan China belum terdampat penyebaran virus korona (Covid-19), walaupun terjadi penurunan pada kinerja ekspor dan impor.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan walaupun belum terdampak Covid-19, namun nilai ekspor Indonesia ke China pada Januari 2020 sudah turun USD211,9 juta dari nilai ekspor pada Desember 2019.
“Pada Januari 2020 ekspor Indonesia ke China sebesar USD2,1 miliar dan masih yang tertinggi dengan porsi 16,69 persen dari total ekspor,” ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Kemudian, kinerja impor Indonesia asal China pada Januari 2020 yang sebesar USD3,95 miliar juga turun USD125,2 juta dari nilai impor pada Desember.
Porsi impor asal China masih yang terbesar yakni 32,11 persen dari total impor Indoneisia.
“Secara umum ekspor impor Indonesia dengan China masih oke,” imbuh Suhariyanto.
Secara keseluruhan untuk Januari 2020 Indonesia masih mencatatkan defisit perdagangan dengan China senilai USD864 juta secara tahunan, turun dari Januari 2019 yang sebesar USD1,06 miliar.
Khusus dengan China, selama Januari 2020 Indonesia mencatatkan defisit perdagangan dengan China senilai USD1,84 miliar, sedikit membaik defisit di Januari 2019 yang sebesar USD2,4 miliar.
Dia mengatakan belum terekamnya dampak virus korona dalam neraca perdagangan Indonesia karena berdasarkan kronologis kasus pertama penyebaran virus korona terjadi di Wuhan pada 31 Desember 2019 yang kemudian teridentifikasi sebagai virus korona pada 3 hingga 5 Januari.
“Kemudian pada 20 Januari beberapa negara sudah melakukan pemeriksaan suhu badan, namun WHO belum merekomendasikan pembatasan [interaksi dengan China],” jelas Suhariyanto.
Menurut dia, WHO baru menetapkan darurat penyebaran virus korona pada 31 Januari sehingga puncak isu peningkatan kewaspadaan baru terjadi pada minggu akhir Januari.
“Saya tekankan bahwa ekspor impor pada Januari pergerakannya dari awal bulan masih naik dan pengaruh korona belum terlihat signifikan di Januari,” ungkap Suhariyanto.
Menurut dia, efek dari penyebaran virus korona pada perdagangan Indonesia mungkin baru bisa terlihat pada data perdagangan bulan Februari sehingga perlu diwaspadai pergerakan ekspor dan impornya.
“Efek korona harusnya dilihat setelah imlek atau pada minggu terakhir Januari, tapi karena kita menyajikan data bulanan dan tidak bisa memilah data untuk minggu terakhir Januari saja, jadi dampaknya belum terlihat,” urai Suhariyanto.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.