Ekonomi

Ekonomi Singapura melambat akibat perang dagang

Realisasi ekspor Singapura turun terendah dalam 6 tahun akibat penurunan pengiriman produk elektronik ke pasar utama dunia

Muhammad Nazarudin Latief  | 17.07.2019 - Update : 17.07.2019
Ekonomi Singapura melambat akibat perang dagang Ilustrasi: Pelabuhan ekspor impor. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Muhammad Latief

JAKARTA

Ekspor Singapura pada bulan Juni mengalami penurunan terbesar dalam enam tahun terakhir karena tekanan permintaan global dan perang dagang Amerika Serikat-China.

Data-data perdagangan itu menambah keyakinan tentang adanya pelemahan ekonomi Singapura yang akan mendorong bank sentral melonggarkan kebijakan moneter, seperti yang diharapkan pengamat.

Data dari Singapore Enterprise menunjukkan terjadi penurunan ekspor domestik non-minyak (NODX) selama empat bulan berturut-turut. Pada Juni kembali dilaporkan turun 17,3 persen, seperti dikutip dari Channel News Asia.

Realisasi ini jauh lebih buruk dari pada prediksi penurunan ekspor sebesar 9,9 dari 10 dari ekonom dalam jajak pendapat Reuters.

Penurunan ekspor Juni menjadi yang terbesar sejak Februari 2013 saat turun 33,2 persen, menurut data Refinitiv Eikon.

"Semua hal buruk datang bersama. Ada perlambatan ekonomi global, perang dagang, dan perlambatan (pertumbuhan ekonomi) China," kata ekonom OCBC Selena Ling.

Ekspor secara total berkontraksi 7,6 persen, setelah tumbuh 5,8 persen yang direvisi pada bulan Mei. Jajak pendapat itu memprediksi kontraksi 3,9 persen dari bulan sebelumnya.

"Prospek (ekonomi Singapura) jelas lebih pesimistis sekarang," kata ekonom Maybank Kim Eng Lee Ju Ye.

Ekspor elektronik merosot 31,9 persen pada Juni, menyusul penurunan 31,6 persen pada bulan sebelumnya.

Ekspor non-elektronik turun 12,4 persen, mengikuti penurunan 11,1 persen di bulan sebelumnya.

Emas non-moneter (-50,2 persen), petrokimia (-16,7 persen) dan obat-obatan (-11,3 persen), ketiganya berkontribusi paling besar terhadap penurunan pengiriman non-elektronik.

Secara keseluruhan, ekspor ke sebagian besar pasar utama Singapura, termasuk China dan Eropa, turun tajam, meskipun terjadi peningkatan tipis ke Amerika Serikat.

Penurunan ekspor terjadi paling besar ke Hong Kong (-38,2 persen), China (-15,8 persen) dan Uni Eropa (-22,1 persen).

Pendapatan Domestik Bruto (PDB) juga turun jauh di bawah perkiraan ekonom.

Ekonomi Singapura tumbuh hanya 0,1 persen pada kuartal kedua, laju tahunan paling lambat dalam satu dekade, menurut perkiraan resmi yang dirilis Jumat lalu.

Angka pertumbuhan terbaru mencerminkan adanya ketidakpastian dan risiko dalam ekonomi global, terutama dengan ketegangan perdagangan AS-China, kata Wakil Perdana Menteri Heng Swee Keat.

Namun menurut dia, pemerintah tidak mengharapkan resesi setahun penuh, karena ada potensi besar pada sektor informasi dan komunikasi dan konstruksi.

Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Singapura tahun 2019 menjadi 2 persen dari 2,3 persen, karena adanya ketegangan perdagangan global, Selasa.

Bank sentral Singapura memperkirakan pertumbuhan tahun ini antara 1,5 persen dan 2,5 persen, turun dari 3,2 persen pada 2018.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.