Ekonomi, Regional

Ekonomi Singapura berkontraksi 2,2% sepanjang kuartal I

Semua sektor terpukul oleh wabah Covid-19, meski pemerintah Singapura menjalankan sejumlah kebjiakan pencegahan dan penyebaran wabah mematikan ini

Muhammad Nazarudin Latief  | 26.03.2020 - Update : 27.03.2020
Ekonomi Singapura berkontraksi 2,2% sepanjang kuartal I Ilustrasi: Negara Singapura. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA 

Ekonomi Singapura berkontraksi sebesar 2,2 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada kuartal I 2020, terimbas oleh kebijakan yang diambil pemerintah dalam memerangi pandemi Covid-19, ujar Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) pada Kamis.

Padahal, pada periode yang sama tahun lalu pertumbuhan ekonomi Singapura naik 1 persen. Juga membalikkan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang naik 1 persen.

Kontraksi selama kuartal I membuat kontraksi terburuk sejak krisis keuangan global pada 2009.

PDB singapura menyusut 10,6 persen kuartal-ke-kuartal, mundur tajam dari pertumbuhan 0,6 persen pada kuartal sebelumnya, menurut perkiraan sebelumnya yang dikeluarkan oleh MTI.

Data ini membuat MTI menurunkan lebih lanjut perkiraan pertumbuhan PDB Singapura pada 2020 menjadi antara -4 persen dan -1 persen.

Angka perkiraan ini turun lagi setelah bulan lalu perkiraan pertumbuhan ekonomi menjadi -0,5 – 1,5 persen karena pandemi Covid-19.

"Sejak itu, wabah Covid-19 telah meningkat, dan menyebabkan kemunduran yang signifikan dalam situasi ekonomi baik secara eksternal maupun domestik," kata MTI dikutip dari Channel News Asia, Kamis.

“Sedangkan untuk ketidakpastian di tingkat global lebih tinggi lai, mengingat wabah seperti ini belum pernah terjadi dan banyak negara juga mengambil langkah-langkah yang belum terbukti,” ujar siaran pers MTI.

Sebuah survei Otoritas Moneter Singapura (MAS) yang dirilis awal Maret menunjukkan bahwa analis telah menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB 2020 menjadi 0,6 persen dari pertumbuhan 1,5 persen yang ditunjukkan dalam jajak pendapat sebelumnya, dengan responden yang lebih pesimistis terhadap semua indikator ekonomi makro utama.

Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Heng Swee Keat akan mengumumkan langkah-langkah bantuan untuk pekerja, bisnis dan rumah tangga.

Heng sebelumnya mengumumkan Paket Stabilisasi dan Dukungan SGD4 miliar untuk membantu pekerja tetap bekerja dan membantu perusahaan dengan arus kas.

Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan bahwa ekonomi Singapura mengambil "pukulan besar", tetapi telah meyakinkan perusahaan bahwa pemerintah akan membuat mereka "bertahan melalui badai".

- Dampak Covid-19

Pada Rabu, Singapura mengkonfirmasi 631 kasus Covid-19 positif dengan penyebaran yang semakin meluas.

Pemerintah memperketat perbatasan untuk mengurangi kasus Covid-19 yang datang dari luar neger, langkah ini tentu saja memengaruhi sektor pariwisata dan transportasi udara.

Pemerintah pada Selasa mengumumkan langkah-langkah mengatasi pandemi, termasuk membatasi pertemuan di luar pekerjaan dan sekolah hingga maksimum 10 orang dan menutup semua tempat hiburan, termasuk club dan bioskop.

Langkah ini akan memengaruhi konsumsi domestik dan memiliki dampak buruk pada sektor yang berhadapan dengan konsumen seperti ritel dan makanan serta minuman, ujar MTI.

Langkah Singapura seperti tindakan yang diambil pemerintah di seluruh dunia dalam rangka mencegah penyebaran virus, juga membuat gangguan rantai pasokan dan penurunan tajam dalam kedatangan wisatawan di Singapura.

Langkah-langkah itu, pada gilirannya, memiliki efek pada industri konstruksi dan jasa.

Sektor konstruksi mengalami pukulan terbesar pada kuartal pertama, yaitu menyusut 4,3 persen secara tahunan, ujar MTI. Angka ini adalah kebalikan dari pertumbuhan 4,3 persen yang terjadi pada kuartal sebelumnya.

Otoritas Moneter Singapura mengatakan mereka akan merilis pernyataan kebijakan moneter sebelumnya pada 30 Maret, karena inflasi inti Singapura turun 0,1 persen pada Februari, tergelincir ke dalam deflasi untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.

Menurut MTI, penyebaran Covid-19 yang cepat ke luar China membuat negara-negara lain kemungkinan akan mengalami perlambatan ekonomi yang tajam, termasuk Inggris, Perancis dan Jerman.

"Karena situasi COVID-19 global masih berkembang pesat, masih ada tingkat ketidakpastian yang signifikan atas tingkat keparahan dan durasi wabah global, dan lintasan pemulihan ekonomi global setelah wabah telah terkandung," kata MTI.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.