Ekonomi

BPS: Rasio gini Indonesia membaik jadi 0,391

Kondisi ini menunjukan sudah mulai ada perbaikan pemerataan pengeluaran masyarakat, ujar Badan Pusat Statistik

Muhammad Nazarudin Latief  | 02.01.2018 - Update : 03.01.2018
BPS: Rasio gini Indonesia membaik jadi 0,391 Ilustrasi - Gedung Badan Pusat Statistik di Jakarta. (Muhammad Latief - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

Muhammad Latief

JAKARTA

Badan Pusat Statistik (BPS) pada Selasa merilis angka rasio gini atau ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia turun 0,002 poin dari 0,393 pada Maret menjadi 0,391 pada September 2017.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan ini menunjukkan terjadi perbaikan pemerataan pengeluaran masyarakat di Indonesia.

“Ada penurunan, tapi tipis. Upaya menurunkan ketimpangan ini sangat sulit,” ujar Suhariyanto.

Gini rasio adalah indeks yang digunakan untuk mengukur ketimpangan pengeluaran golongan masyarakat miskin dan kaya. Nilainya berada di antara 0 hingga 1, semakin tinggi nilainya berarti semakin tinggi ketimpangan yang terjadi.

Menurut Suhariyanto, ketimpangan tertinggi berada di wilayah perkotaan yaitu 0,404 pada September 2017, meski sudah turun dibanding Maret yang mencapai 0,407. Angka ini sebenarnya juga sudah jauh lebih rendah dari rasio gini pada September 2016 yang mencapai 0,409.

Kondisi ketimpangan di pedesaan lebih baik, BPS mencatat pada September 2017 angkanya 0,320 sama dibanding Maret 2017. Namun angka ini naik dibanding September 2016 yang hanya 0,316.

“Jadi kunci menurunkan rasio gini adalah turunkan ketimpangan di kota,” ujarnya.

Menurut Suhariyanto, tingkat rasio gini periode ini dipengaruhi kenaikan pengeluaran per kapita penduduk kelompok bawah dan menengah lebih cepat dibandingkan dengan kelompok atas, baik secara nasional, di perkotaan maupundi pedesaan.

Secara nasional, Untuk kelompok 40 persen terbawah kenaikannya sebesar 6,31 persen, untuk kelompok 40 persen menengah naik sebesar 6,25 persen dan untuk kelompok 20 persen teratas hanya naik 5,06 persen.

Sedangkan jika dilihat menurut provinsinya, Yogyakarta menjadi provinsi yang memiliki tingkat ketimpangan paling tinggi yaitu sebesar 0,440, dan terendah di Bangka Belitung yang sebesar 0,276.

Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Sairi Hasbullah mengatakan Yogyakarta unik karena perbedaan pengeluaran antara masyarakat kelompok bawah dan kelompok atas dipengaruhi faktor budaya.

“Pengeluaran masyarakat bawah di Yogya sangat terkendali, sementara lapisan atas sudah mengonsumsi fast food dan sebagainya yang membuat gap tinggi,” ujarnya.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın