Ekonomi, Nasional

BKPM optimalkan investasi dalam negeri di tengah menguatnya proteksionisme

Tingginya PMDN terlihat pada realisasi investasi kuartal pertama tahun ini dengan jumlah Rp112,7 triliun, sementara PMA Rp98 triliun

Iqbal Musyaffa  | 13.07.2020 - Update : 13.07.2020
BKPM optimalkan investasi dalam negeri di tengah menguatnya proteksionisme Ilustrasi: Gedung BKPM. (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA

Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) mengatakan pandemi Covid-19 membuat banyak negara fokus pada optimalisasi potensi ekonomi dalam negeri sehingga cenderung menerapkan praktik proteksionisme dan deglobalisasi.

Oleh karena itu, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan tidak ada salahnya untuk mendorong peningkatan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dibandingkan Penanaman Modal Asing (PMA) yang saat ini sedang lesu.

“Dulu, orang selalu katakan kalau realisasi PMA tinggi, itu bagus. Padahal, kalau PMDN bisa diperkuat, kenapa tidak,” jelas Bahlil dalam diskusi virtual penerbitan buku Pandemi Corona: Virus De-globalisasi, Senin.

Bahlil mengatakan tingginya PMDN terlihat pada realisasi investasi kuartal pertama tahun ini dengan jumlah Rp112,7 triliun, sementara PMA Rp98 triliun.

Total investasi yang sudah terkumpul dalam kuartal pertama mencapai Rp210,7 triliun dari target awal Rp886,1 triliun.

Dia mengatakan tanda-tanda deglobalisasi dan proteksionisme mulai tampak dilakukan oleh Amerika Serikat dan juga Eropa, padahal sebelumnya mereka sangat gencar mendorong liberalisasi ekonomi.

“Banyak negara menerapkan hambatan nontarif dalam perdagangan luar negeri, sehingga masing-masing negara membuat akal-akalan dan strategi untuk memperkuat ekonomi domestiknya,” lanjut Bahlil.

Menurut dia, pergerakan orang dan barang antarnegara akan melambat dalam dua hingga tiga tahun ke depan karena ada kekhawatiran penyebaran Covid-19, sehingga setiap negara memaksimalkan potensi ekonomi lokalnya untuk bertahan.

“Covid-19 ini ada berkahnya, kita jadi evaluasi diri untuk tidak terlalu bergantung dengan satu negara,” tambah Bahlil.

Dia mengatakan Indonesia selama ini terlalu bergantung pada China sehingga setiap 1 persen penurunan ekonomi China berdampak 0,3 persen pada perekonomian kita.

“Saya tidak tahu awal mulanya bagaimana kita terlalu bergantung dengan China,” ungkap Bahlil.

Bahlil mengatakan selain mengoptimalkan PMDN, dia juga terus berupaya mendorong realisasi investasi yang mangkrak menjadi benar-benar terealisasi.

“Dari total Rp708 triliun potensi realisasi investasi yang mangkrak, hingga Juni sudah Rp410 triliun atau 58 persennya telah difasilitasi,” kata dia.

Menurut dia, banyak investasi yang mangkrak sebelumnya terkendala masalah perizinan, ketersediaan lahan, fasilitas insentif fiskal, dan lainnya.

Beberapa investasi mangkrak yang sudah berhasil difasilitasi antara lain investasi dari Rosneft senilai Rp211,9 triliun untuk pembangunan kilang di Tuban, investasi Vale Rp39,2 triliun, Hyundai Rp21,7 triliun, Lotte Chemical Rp61,2 triliun, dan sejumlah investasi lainnya.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.