Ekonomi

BI perlonggar kebijakan giro wajib minimum untuk perkuat likuiditas

Penurunan GWM 50 bps akan menambah likuiditas perbankan sekitar Rp25 triliun

İqbal Musyaffa  | 20.06.2019 - Update : 21.06.2019
BI perlonggar kebijakan giro wajib minimum untuk perkuat likuiditas ILUSTRASI. Warga memperlihatkan uang pecahan kecil usai mengantre menukarkan uang di mobil kas keliling di Museum Bank Indonesia, Jakarta, Indonesia pada Kamis 7 Juni 2018. Bank Indonesia melonggarkan kebijakan giro wajib minimum (GWM) untuk bank umum konvensional dan bank umum syariah ataupun unit usaha syariah untuk memperkuat kondisi likuiditas perbankan sebesar 50 basis poin. ( Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency )

Jakarta Raya

Iqbal Musyaffa

JAKARTA

Bank Indonesia melonggarkan kebijakan giro wajib minimum (GWM) untuk bank umum konvensional dan bank umum syariah ataupun unit usaha syariah untuk memperkuat kondisi likuiditas perbankan sebesar 50 basis poin.

Gubernur BI Perry Warjiyo seusai Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Kamis, mengatakan BI menurunkan GWM rupiah untuk bank umum konvensional dari 6,5 persen menjadi 6 persen dan untuk bank umum syariah serta unit usaha syariah dari 5 persen menjadi 4,5 persen.

“GWM rerata masing-masing tetap sebesar 3 persen dan berlaku efektif pada 1 Juli,” jelas Perry.

Perry menjelaskan pada bulan lalu BI sudah menyampaikan untuk membuka ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif.

“Dengan pantauan sebulan ini, kebijakan moneter yang akomodatif kita realisasikan sekarang untuk menambah likuiditas,” imbuh dia.

Menurut dia, selama ini BI menambah likuiditas melalui operasi moneter dan mulai Juli nanti akan ditambah dengan penurunan GWM ini.

Dia menguraikan penambahan likuiditas melalui operasi moneter sangat berpengaruh pada preferensi masing-masing bank untuk memanfaatkannya dan BI telah memperbaiki pola distribusi likuiditas antar bank.

Kemudian bila melalui pelonggaran GWM, likuiditas setiap bank akan meningkat tergantung pada besaran dana pihak ketiga yang dimilikinya.

“Penurunan GWM 50 bps akan menambah likuiditas perbankan sekitar Rp25 triliun,” ungkap Perry.

BI berharap penambahan likuiditas Rp25 triliun kepada seluruh perbankan bisa disalurkan kepada kredit untuk mendorong ekonomi yang manfaatnya akan terus bergulir untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Penurunan GWM yang meningkatkan likuiditas Rp25 triliun kalau disalurkan dan disimpan lagi di bank, akan ada multiplier effect,” tambah Perry.

Dia melanjutkan likuiditas dari pelonggaran GWM ini akan mendorong pertumbuhan kredit menuju batas atas 10-12 persen.

Pertumbuhan kredit tersebut belum mempertimbangkan dampak berganda yang akan ditimbulkan secara dinamis tergantung pada tingkat permintaan kredit.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.