Ekonomi, Nasional

Berinvestasi saham di masa pandemi Covid-19, siapa berani?

Dari total 1,28 juta investor saham di Indonesia, sekitar 42,5 persen adalah anak-anak milenial yang berusia kurang dari 30 persen

Iqbal Musyaffa, Umar Idris  | 13.08.2020 - Update : 18.08.2020
Berinvestasi saham di masa pandemi Covid-19, siapa berani? ILUSTRASI: (Foto file - Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA 

Investasi saham di masa pandemi menggiurkan sekaligus menimbulkan kekhawatiran. Menggiurkan karena beberapa saham harganya sedang turun sehingga sekarang saatnya untuk membelinya di harga yang terdiskon.

Sebaliknya, dapat dipandang mengkhawatirkan jika harga saham yang digenggam investor kembali turun akibat pandemi Covid-19 yang belum selesai.

Keduanya dialami oleh dua orang investor saham yang dihubungi Anadolu Agency, pada Kamis.

Adalah Muhammad Faishal Rahman, 32 tahun, yang sehari-hari bekerja sebagai peneliti atau konsultan, selama pandemi Covid-19 ini giat berinvestasi saham. "Saya bermain saham hanya dalam jangka pendek, selama seminggu saya pegang, terus saya jual jika ada tanda-tanda akan turun," kata Faisal, kepada Anadolu Agency, Kamis.

Sekadar contoh, Faisal memegang saham perusahaan BUMN di sektor kesehatan dan obat, telah meraih keuntungan 20 persen atau sekitar Rp1 juta dari nilai saham yang dia miliki sebesar Rp4 juta, dalam waktu seminggu.

Faisal masih memegang satu saham lain di sektor logistik dan masih menunggu momentum untuk melepasnya dan meraih keuntungan. "Berinvestasi saham di masa pandemi memang bikin deg-degan, saya harus betul-betul tahu sektor yang memiliki potensi naik," terang Faisal.

Pada saat awal pandemi di Maret, Faisal bercerita, dia tidak membeli saham emiten karena kondisi tidak menentu. Lalu pada akhir Juli, Faisal memberanikan diri untuk membeli saham BUMN di sektor kesehatan. Saat itu dia merasa sudah telat membeli saham tersebut, namun dia masih bisa untung 20 persen dalam waktu seminggu.

Soal rugi, seperti investor lain, Faisal mengalaminya saat menggenggam saham perusahaan pelayaran dan perkapalan serta transportasi. "Total kerugian saya sekitar Rp3 juta, dan ada saham yang masih saya pegang karena kalau saya jual juga tetap rugi," terang Faisal.

Anak milenial itu mengatakan memilih saham-saham yang masih murah dengan harga di kisaran Rp3.000 per lembar. Kini dia masih terus memantau saham-saham yang dia anggap prospektif untuk dibeli, sambil mengerjakan pekerjaan utamanya sebagai konsultan dan peneliti.

Lain lagi cerita Uji Agung Santosa, blogger finansial yang juga perencana keuangan senior di Oneshildt Financial Planning. Mantan jurnalis ekonomi itu masih menderita sebagian kerugian sekitar 40 persen dari saham-saham yang digenggamnya sejak sebelum pandemi.

"Tapi ada juga beberapa yang sudah take profit lagi," kata Uji kepada Anadolu pada Kamis.

Dari total investasi saham sekitar puluhan juta rupiah itu, kerugian terbesar yang dialami Uji ada pada saham-saham di sektor konstruksi.

Saat ini Uji memiliki akun di dua sekuritas milik BUMN. Satu akun untuk investasi jangka pendek, satu akun lagi di sekuritas yang dia niatkan untuk investasi saham jangka panjang.

Sebagai konsultan keuangan Uji menyarankan investor pemula untuk menyesuaikan tujuan investasi saham. Apakah untuk trading atau investasi jangka panjang. "Jika investasi fundamental dan jangka panjang, masuk ke saham-saham bluechips aja," pesan Uji.

Uji tidak mengharamkan trading atau jual beli saham dalam jangka pendek. "Kalau saya biasanya beli jangka pendek untuk ngejar dividen, jadi dapat gain harganya dan dapat dividennya," tutur Uji.

Frekuensi transaksi harian tertinggi di Asean

Faisal dan Uji Agung mewakili populasi sebagian besar investor saham di Indonesia.

Mengutip data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sebanyak 42,5 persen dari total investor saham yang mencapai 1,28 juta investor adalah kelompok usia di bawah 30 tahun, dengan akumulasi aset Rp11,4 triliun.

Sebanyak 24,6 persen merupakan investor berusia 31 hingga 40 tahun (akumulasi aset Rp31,2 triliun), dan 16,1 persen berusia 41 hingga 50 tahun (aset Rp69,8 triliun).

Sebelumnya, ketika pemerintah mengumumkan kasus pertama pada awal Maret 2020, IHSG di posisi 5.518, kemudian turun menjadi 5.154 ketika WHO mengumumkan covid-19 sebagai pandemi global.

IHSG mengalami penurunan terendah di level 3.937 pada 24 Maret 2020. Sejak pemerintah melonggarkan PSBB, pada awal Juni, IHSG kembali merangkak naik. Pada 7 Agustus, IHSG di level 5.144.

Pada Kamis, IHSG ditutup di level 5.239 atau naik 0,11 persen dari sehari sebelumnya. Sejak sebulan terakhir IHSG naik 3 persen, dari posisi sebulan sebelumnya di level 5.079.

Selama pandemi indeks bursa saham di BEI atau IHSG sejak awal tahun masih minus 18,76 persen sejak awal tahun hingga 7 Agustus. Meskipun begitu, bursa Singapura dan Filipina mengalami penurunan lebih dalam dari Indonesia.

Namun dalam performa 10 tahun terakhir, IHSG tumbuh di atas 100 persen.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga Juli 2020, investor pasar saham di Indonesia saat ini mencapai 1,28 juta investor, atau 42 persen dari total investor di pasar modal yang mencapai 3,02 juta. "Selebihnya adalah investor di reksadana dan obligasi," Inarno Djajadi, Direktur Utama BEI, dalam seminar daring LPPI, pada Kamis siang.

Dari sisi rata-rata frekuensi transaksi harian, bursa efek Indonesia menempati urutan tertinggi di ASEAN dengan jumlah transaksi sebanyak 479 ribu transaksi per hari pada Mei. Jumlah itu mengalahkan Thailand yang hanya 404 ribu dan Malaysia yang sebanyak 252 ribu transaksi per hari.

Transaksi tersebut membuat bursa saham Indonesia sangat aktif dan semarak, dibandingkan bursa di negara tetangga. Selain itu tentu menawarkan potensi keuntungan bagi investor jangka pendek.

Dari sisi jumlah perusahaan yang terdaftar di bursa, Indonesia juga mengalami pertumbuhan tertinggi di Asean sebesar 32,8 persen pada Juni, menjadi 692 perusahaan.

Berinvetasi saham di Bursa Efek Indonesia saat ini cukup menjanjikan keuntungan, kata Inarno. Namun dengan catatan Anda mengetahui lebih dulu saham-saham yang layak Anda pilih.

Anda ingin mencoba berinvestasi saham? "Tidak selamanya merugikan karena ada sektor yang mulai rebound dari kondisi pada Maret lalu," pesan Faisal kepada Anadolu Agency.



Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.