Bank Indonesia yakini konsumsi rumah tangga masih aman
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan dengan pertumbuhan ekonomi 5,1 persen pada tahun ini menyebabkan pertumbuhan DPK sekitar 8 persen masih relatif wajar

Jakarta Raya
JAKARTA
Bank Indonesia meyakini bahwa konsumsi rumah tangga masih aman untuk dapat menopang pertumbuhan ekonomi.
Pernyataan tersebut untuk menepis anggapan yang menyebutkan bahwa konsumsi rumah tangga, mulai mengkhawatirkan sehingga menggerus dana simpanan masyarakat yang ada di perbankan yang terlihat dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada tahun ini yang diperkirakan hanya tumbuh 8 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan dengan pertumbuhan ekonomi 5,1 persen pada tahun ini menyebabkan pertumbuhan DPK sekitar 8 persen masih relatif wajar.
Dia menjelaskan bahwa DPK adalah pendapatan masyarakat yang ditabung dan tidak dikonsumsi, sehingga pertumbuhan DPK juga akan meningkat ke depannya seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Perry mengatakan keyakinan dia bahwa konsumsi rumah tangga tetap aman berdasarkan indikasi bahwa pertumbuhan konsumsi dari kelompok masyarakat berpendapatan rendah tetap cukup baik dengan adanya penyaluran bantuan sosial dari pemerintah untuk 14,6 juta keluarga dengan penyaluran secara nontunai.
“Penyaluran bantuan sosial menopang pertumbuhan konsumsi segmen pendapatan rendah,” jelas Perry seusai Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Kamis.
Perry menambahkan indikasi kedua adalah jumlah masyarakat berpendapatan menengah dengan pendapatan USD2,97-8,44 per hari di Indonesia porsinya semakin banyak.
“Secara keseluruhan ada 61,5 persen penduduk berpendapatan menengah yang porsinya membesar kalau dibandingkan dengan tahun 2000 yang hanya 23 persen,” kata Perry.
Menurut dia, faktor ketiga yang membuat konsumsi rumah tangga tetap kuat adalah karena terjaganya inflasi rendah, tidak hanya pada inflasi total 3,1 persen, tapi juga inflasi kelompok volatile food yang bisa ditekan di bawah 5 persen.
“5-10 tahun lalu inflasi harga volatile food pernah mencapai 10 persen dan sering naik turun, sekarang relatif stabil dan cenderung ditekan,” imbuh Perry.
Perry menjelaskan bahwa tetap kuatnya konsumsi rumah tangga ini memperjelas pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan, karena 50 persen sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari konsumsi rumah tangga.