Ekonomi

Bank Indonesia: Rupiah dan IHSG membaik karena kepanikan global mereda

Paket kebijakan ataupun stimulus fiskal yang diberikan negara maju mampu mengurangi kepanikan dan tekanan di pasar keuangan global sehingga berimplikasi positif pada membaiknya sentimen di pasar keuangan Indonesia

Iqbal Musyaffa  | 26.03.2020 - Update : 27.03.2020
Bank Indonesia: Rupiah dan IHSG membaik karena kepanikan global mereda Ilustrasi. (Foto file-Anadolu Agency)

Jakarta Raya

JAKARTA 

Bank Indonesia mengatakan kepanikan di pasar global sudah mulai mereda, walaupun belum berakhir dalam menghadapi penyebaran virus korona (Covid-19) sehingga membuat nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai membaik.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan rupiah saat ini diperdagangkan sekitar Rp16.250 per dolar AS yang menguat dari hari Senin dan Selasa lalu.

Kemudian IHSG juga sepanjang hari ini hingga penutupan sesi I berada di zona hijau yang diperdagangkan di level 4.300 setelah sempat anjlok dalam 2 minggu terakhir karena kepanikan di pasar keuangan global.

“Banyak saham yang hari ini menguat dan alami perbaikan harga serta menunjukkan kepanikan global mereda,” ujar Perry dalam telekonferensi di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan paket kebijakan ataupun stimulus fiskal yang diberikan negara maju mampu mengurangi kepanikan dan tekanan di pasar keuangan global sehingga berimplikasi positif pada membaiknya sentimen di pasar keuangan Indonesia.

Perry mengatakan negara-negara maju sudah mulai memberikan stimulus fiskal dalam penanganan virus korona sehingga memberikan perkembangan positif pada pasar keuangan global.

“Kita dengar Senat AS telah menyetujui usulan paket stimulus fiskal USD2 triliun dan ini positif,” ujar Perry.

Dia mengatakan stimulus tersebut antara lain untuk kesehatan sebesar USD100 miliar, untuk UMKM USD350 miliar, USD250 miliar untuk tenaga kerja, USD500 miliar untuk dunia usaha, dan lainnya untuk alokasi bantuan sosial.

Selain itu, Jerman juga sudah menyetujui stimulus fiskal sebesar 10 persen dari PDB atau setara USD860 miliar.

“Langkah stimulus fiskal negara besar ini memperkuat langkah bank sentral di seluruh dunia, seperti the Fed yang sudah menurunkan suku bunga 100 basis poin hingga mendekati 0 persen,” lanjut Perry.

Dia mengatakan the Fed juga sudah menambah injeksi likuiditas ke pasar uang dan pembelian surat berharga dari sektor keuangan dan korporasi. Kemudian, bank sentral Eropa juga sudah menyepakati injeksi likuiditas di samping relaksasi kebijakan lainnya.

“Ini koordinasi di berbagai negara maju dan emerging termasuk Indonesia dalam kerangka yang disepakati di G20,” jelas Perry.

Perry mengatakan langkah-langkah kebijakan di negara maju tersebut mampu mengurangi kepanikan di pasar keuangan global, yang juga diikuti dengan penguatan saham di berbagai negara.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.