Ekonomi

Bank Dunia prediksi Ekonomi global tumbuh 3,1 persen

Asia Timur dan Pasifik diperkirakan melambat karena pertumbuhan negatif di Tiongkok

Muhammad Nazarudin Latief  | 06.06.2018 - Update : 06.06.2018
Bank Dunia prediksi Ekonomi global tumbuh 3,1 persen

Jakarta Raya

Muhammad Latief

JAKARTA

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini tetap kuat pada angka 3,1 persen dan baru memasuki perlambatan selama dua tahun ke depan.

Presiden Kelompok Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan perlambatan ini terjadi karena penurunan pertumbuhan ekonomi di negara maju dan pemulihan pasar negara berkembang, terutama negara pengekspor komoditas.

"Jika dapat dipertahankan, pertumbuhan ekonomi yang kuat yang telah kita lihat tahun ini dapat membantu mengangkat jutaan orang keluar kemiskinan, terutama di negara-negara Asia Selatan yang tumbuh cepat, " ujar Kim dalam pernyataannya, Rabu.

Prospek Ekonomi Global pada Juni memprediksi pertumbuhan ekonomi di negara maju akan tumbuh 2,2 persen tahun ini sebelum jatuh ke 2 persen tahun depan. Ini terjadi karena Bank Sentral secara bertahap menghapus stimulus moneter.

Sementara pertumbuhan di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang secara keseluruhan diproyeksikan akan menguat 4,5 persen pada 2018, sebelum mencapai 4,7 persen pada 2019.

Bank Dunia juga memprediksi tahun depan akan diwarnai dengan tingginya kemungkinan gejolak pasar keuangan dan kerentanan dari beberapa negara. Sementara itu, sentimen proteksionisme perdagangan juga meningkat dan ketidakpastian kebijakan dan risiko geopolitik tetap tinggi.

Bank Dunia juga memperingatkan bahwa dalam jangka panjang negara-negara pengekspor komoditas bisa membatasi harga untuk mengantisipasi perlambatan permintaan pasar, sehingga ada pertumbuhan di masa depan pada negara-negara pengekspor komoditas.

Direktur Senior Bank Dunia untuk Pembangunan Ekonomi Shantayanan Devarajan mengatakan proyeksi penurunan pertumbuhan konsumsi komoditas dalam jangka panjang dapat menciptakan tantangan bagi dua pertiga negara berkembang bergantung pada ekspor komoditas.

“Negara-negara tersebut perlu kemauan untuk melakukan diversifikasi ekonomi dan memperkuat kerangka fiskal serta moneter," ujar dia.

Kawasan Asia Timur dan Pasifik menurun

Bank Dunia juga menemukan bahwa peningkatan utang perusahaan dapat meningkatkan kekhawatiran stabilitas keuangan dan membebani investasi. Utang korporasi terutama dalam bentuk mata uang asing telah meningkat secara luar biasa sejak saat itu krisis keuangan global, membuat mereka lebih rentan terhadap meningkatnya biaya pinjaman.

Direktur Direktur Prospek Ekonomi Pembangunan Bank Dunia, Ayhan Kose, mengatakan pemerintah di negara berkembang perlu mempersiapkan kemungkinan volatilitas pasar keuangan sebagai normalisasi kebijakan moneter ekonomi maju menjadi sangat tinggi.

"Meningkatnya tingkat utang membuat negara lebih rentan terhadap suku bunga yang lebih tinggi. Ini menggarisbawahi pentingnya membangun kembali buffer terhadap guncangan keuangan," ujar dia.

Selain itu, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik menurun dari 6,3 persen pada 2018 menjadi 6,1 persen pada 2019. Hal ini mencerminkan perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok.

Pertumbuhan di negara ini diperkirakan melambat dari 6,5 persen pada 2018 menjadi 6,3 persen pada 2019 karena berkurangnya dukungan kebijakan dan kebijakan fiskal yang berubah kurang akomodatif.

Perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh 5,2 persen tahun ini dan 5,3 persen tahun depan. Di Thailand, diperkirakan akan meningkat menjadi 4,1 persen pada tahun 2018, sebelum termoderasi sedikit menjadi 3,8 persen pada 2019.

Kawasan ini juga diperkirakan akan mengalami tekanan harga dan kapasitas produksi komoditas di masa datang.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.