Bank Dunia: Partisipasi Indonesia dalam rantai nilai global masih rendah
Rendahnya partisipasi Indonesia dalam rantai nilai global untuk sektor manufaktur terlihat dari proporsi ekspor Indonesia untuk pakaian jadi, elektronik, dan suku cadang mobil ke negara maju terus turun

Jakarta Raya
JAKARTA
Bank Dunia mengatakan keterlibatan Indonesia dalam rantai nilai global masih rendah dan semakin melemah.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Regional Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo mengatakan Indonesia selama ini mendapatkan manfaat dari ekspor komoditas mentah seperti kelapa sawit dan batu bara yang banyak digunakan negara lain untuk memproduksi dan mengekspor kosmetik dan pelumas.
Pada sektor ini, dia menilai partisipasi Indonesia tinggi dan berkembang. Akan tetapi, pada sektor manufaktur keterlibatan Indonesia dalam rantai nilai global masih terbelakang.
“Sebagai importir dari bahan kain dan besi baja untuk memproduksi dan kemudian mengekspor pakaian jadi dan kendaraan roda empat, partisipasi Indonesia masih rendah,” jelas Mattoo dalam peluncuran World Development Report 2020 oleh Bank Dunia di Jakarta, Selasa.
Mattoo menagatakan sebagai bukti rendahnya partisipasi Indonesia dalam rantai nilai global untuk sektor manufaktur terlihat dari proporsi ekspor Indonesia untuk pakaian jadi, elektronik, dan suku cadang mobil ke negara maju terus turun, sementara ekspor produk serupa dari negara-negara tetangga meningkat.
Menurut dia, tingginya partisipasi Indonesia dalam rantai nilai global untuk komoditas mentah memang telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan, terutama saat harga komoditas mentah sedang tinggi.
Namun, melemahnya partisipasi dalam rantai nilai global untuk sektor manufaktur mencerminkan tidak efektifnya upaya transisi ke industri manufaktur dan jasa sebagaimana yang telah dicapai negara-negara tetangga Indonesia.
“Perlu implementasi reformasi kebijakan secara baik untuk meningkatkan partisipasi dalam rantai nilai global,” kata Mattoo
Mattoo mengatakan Bank Dunia menghargai pertimbangan pemerintah Indonesia untuk menghapuskan secara bertahap beberapa batasan dalam penanaman modal asing.
Proses reformasi kebijakan yang baru saja dimulai oleh Indonesia berpotensi untuk meningkatkan partisipasinya dalam rantai nilai global.
Menurut Mattoo, terbatasnya partisipasi sebuah negara dalam rantai nilai global telah merusak daya saing perdagangan. Oleh karena itu, negara-negara membutuhkan impor untuk ekspor.
“Indonesia tidak melakukan keduanya sehingga bila suatu negara membatasi impornya, maka ekspornya juga akan dibatasi,” tambah dia.
Menurut Mattoo, tidak ada negara yang dapat membuat seluruh produk sendirian. Dia menyontohkan China yang memiliki kerendahan hati untuk mengimpor ujung pulpen, yang kemudian membuat negara tersebut mampu mengekspor miliaran pulpen secara global.
Mattoo mengatakan rantai nilai global diibaratkan sebagai sebuah kereta yang tidak mudah bagi sebuah negara untuk melompat ke dalamnya.
“Tetapi, ketika suatu negara melakukannya, maka akan meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja yang lebih baik, serta mengurangi kemiskinan,” lanjut dia.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.