
Jakarta Raya
JAKARTA
Indonesia mencatatkan indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) pada angka 54,6 pada April, menunjukkan adanya ekspansi sektor manufaktur selama enam bulan berturut-turut, ujar pejabat kementerian keuangan, Selasa.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu mengungkapkan pemerintah akan menjaga momentum pemulihan dengan tetap menjaga daya beli masyarakat.
Selain itu juga berkomitmen melanjutkan dukungan terhadap pelaku usaha dan percepatan program vaksinasi nasional.
“Ini untuk memperkuat optimisme pelaku bisnis sektor manufaktur terhadap prospek pemulihan ekonomi yang lebih cepat,” ujar dia dalam siaran pers, Selasa.
Indeks PMI pada April meningkat dari rekor sebelumnya pada 53,2 pada Maret 2021.
Menurut Febrio, angka PMI tersebut mencerminkan perbaikan pada kondisi bisnis, seiring dengan lonjakan permintaan baru dan kembalinya bisnis baru dari luar negeri.
Dengan bisnis baru mengalami ekspansi tajam, perusahaan manufaktur juga menaikkan volume produksi.
Perbaikan volume pada produksi ini diharapkan dapat meningkatkan tenaga kerja baru secara umum.
Di sisi lain, volume produksi yang semakin tinggi menimbulkan permintaan input yang lebih tinggi.
Dengan pasokan yang relatif terbatas, hal ini secara alami menyebabkan peningkatan harga input yang berpengaruh terhadap harga jual kepada konsumen selama enam bulan terakhir.
“Hal ini tampak pada tingkat inflasi yang mulai muncul meskipun belum kembali ke tingkat sebelum pandemi,” ujar dia.
Menurut dia produsen di Indonesia masih sangat optimistis bahwa produksi akan terus menguat karena keyakinan bahwa pandemi akan -19 akan berakhir tahun depan.
Di tingkat global, angka PMI tercatat sebesar 55,8 meneruskan penguatannya dan mencapai angka tertinggi sejak April 2010.
Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan pada permintaan baru, bisnis ekspor, dan tenaga kerja.
Eropa dan AS mencatatkan kinerja manufaktur yang kuat didorong pertumbuhan order baru seiring kenaikan permintaan konsumsi.
PMI di AS sebesar 60,5 mencatatkan angka tertinggi sejak Mei 2007.
Sementara Kanada (57,2) dan Brazil (52,3) masih berada dalam tren ekspansif meski angkanya turun dibandingkan bulan sebelumnya.
China (51,9), Jepang (53,6) dan India (55,5) berhasil mempertahankan tren positif didukung pertumbuhan pada tingkat permintaan meski kasus Covid-19 meningkat dengan tajam.
Di tingkat regional, negara-negara Asia Tenggara mencatatkan kondisi berbeda.
Indonesia dan Malaysia (53,9) berada pada zona ekspansif, tetapi Filipina (49,0) kembali ke zona kontraksi akibat eskalasi Covid-19 yang memicu pengetatan pembatasan sosial.
Menurut Febrio secara global, efek gangguan supply chain masih dirasakan, tekanan inflasi atas bahan baku masih tinggi dan menambah beban biaya produksi.
Namun, tingginya optimisme bisnis di tengah percepatan vaksinasi diharapkan mempercepat pengendalian pandemi serta mendongkrak pemulihan permintaan global.