Video Islamofobia partai Belanda picu kemarahan
Video kampanye partai sayap kanan Belanda itu menuntut 'de-Islamisasi Belanda'

Ankara
Abdullah Asiran
ROTTERDAM
Sebuah video kampanye politik oleh partai sayap kanan Belanda yang disiarkan di televisi pemerintah telah memicu kemarahan atas konten rasis dan Islamofobianya.
NPO, televisi pemerintah Belanda, menayangkan video kampanye Partai untuk Kebebasan (PVV) yang menyerukan "de-Islamisasi Belanda".
"Sebuah tsunami demografis dari Afrika akan datang ke Belanda," video itu menegaskan.
Video itu menyerukan penutupan perbatasan bagi para pengungsi dan berkata, "Lebih banyak Islam menyebabkan intoleransi, penindasan, dan terorisme. Karena alasan ini, PVV meminta untuk berhenti. Tutuplah perbatasan. Dan bersihkan Belanda dari Islam."
Aktivis hak asasi manusia Oscar Benjamin mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa pemimpin PVV sayap kanan Geert Wilders bertujuan menyebarkan ketakutan dan kebencian melalui pesan-pesan permusuhan.
Menurut Benjamin, video ini mirip dengan film propaganda anti-Yahudi yang dibuat sebelum Perang Dunia II.
"Kesamaan itu tidak dapat diabaikan. Di film-film lama, orang Yahudi diperlihatkan berbahaya. Sekarang orang Afrika dan Muslim diperlihatkan berbahaya," katanya.
Rabbi Lody van de Kamp menggambarkan ideologi Wilders sebagai "salinan Nazi Jerman".
Pengguna media sosial juga bereaksi terhadap video anti-Islam itu di internet.
Aktivis hak asasi manusia Ewout van den Berg mengatakan di Twitter bahwa film PVV memiliki "gambar yang persis sama" dengan film propaganda Nazi "The Eternal Jews" yang ditayangkan pada 1940. Berg juga membagikan keterangan tentang dua video tersebut.
Bulan lalu, Wilders membatalkan kontes kartun anti-Islam yang direncanakannya, yang akan menggambarkan Nabi Muhammad.
Dalam sebuah pernyataan, dia mengatakan bahwa kontes yang diharapkan berlangsung di parlemen Belanda itu dibatalkan karena "alasan keamanan".
Wilders, yang dikenal karena sikap anti-Islamnya, mengumumkan kontes pada Juni.
Keputusan tersebut menimbulkan kecaman dari negara-negara Muslim karena penggambaran fisik Tuhan atau Nabi Muhammad dilarang dalam Islam.