Dunia

Unjuk rasa di Gedung Putih tuntut penutupan penjara Guantanamo Bay

Tahanan di Guantanamo Bay masih dipenjara tanpa menghadapi tuntutan dan masa tahanan yang jelas

Safvan Allahverdi  | 12.01.2018 - Update : 13.01.2018
Unjuk rasa di Gedung Putih tuntut penutupan penjara Guantanamo Bay Para pemrotes, yang mengenakan jas hujan oranye lambang tahanan Guantanamo Bay, berdemonstrasi di depan Gedung Putih di Washington D.C, Amerika Serikat pada 12 Januari 2018. Mereka memegang plakat untuk menunjukkan 41 tahanan tetap berada di Teluk Guantanamo. Para pemrotes menuntut penutupan pusat penahanan di Pangkalan Angkatan Laut A.S. di Teluk Guantanamo, Kuba pada hari ulang tahunnya yang ke 16. (Safvan Allahverdi - Badan Anadolu)

Washington DC

Safvan Allahverdi

WASHINGTON

Sejumlah aktivis hak asasi manusia berunjuk rasa di depan Gedung Putih pada Kamis, menuntut penutupan penjara Guantanamo Bay di pangkalan AS di Kuba. Tahun ini, penjara itu genap beroperasi selama 16 tahun.

Para demonstran juga menolak penggunaan metode penyiksaan di Gitmo, nama tenar Guantanamo. Aksi unjuk rasa itu digelar oleh sejumlah organisasi HAM ternama di AS, antara lain Center for Constitutional Rights, Witness Against Torture dan Amnesty International USA.

"Hari ini, setelah 16 tahun, saya masih terenyuh dengan kondisi yang saya saksikan di Guantanamo yang menjadi simbol penyiksaan dan penindasan," kata Mark Fallon, mantan penasehat Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat.

"Saya memohon semua yang hadiri di sini terus membela hak konstitusi mereka yang terlupakan di sana," lanjut Fallon.

Dia juga mengatakan AS gagal mengadili dalang di balik serangan 9/11 di New York karena adanya "kebijakan nasional mengenai penyiksaan".

Pengunjuk rasa juga menuntut agar AS menghentikan tindakan menahan dengan jangka waktu tak terbatas yang diterapkan pada penghuni penjara Guantanamo.

Aliya Hana dari Center for Constitutional Rights (CCR) mengatakan Gitmo adalah tempat yang "keji dan gelap" serta dirancang untuk mengasingkan para tahanan dari dunia luar.

Selain itu, tambahnya, Presiden Donald Trump membiarkan Gitmo tetap ada karena dia membenci umat Muslim.

"Guantanamo menjadi simbol penyiksaan yang paling dramatis dan mengerikan namun masih bisa ditoleransi bangsa ini karena korbannya adalah umat Muslim," jelas Hana.

"CCR sudah mengajukan tuntutan pertama terhadap kebijakan Guantanamo yang didukung Trump. Para tahanan itu tidak bisa ditahan selamanya dengan tuduhan terkait perang yang selamanya tidak akan pernah berakhir."

Penjara Guantanamo Bay didirikan tidak lama setelah AS masuk ke Afganistan menyusul serangan 11 September 2001.

Para tersangka terorisme pertama dibawa ke sana pada 11 Januari 2002 atas instruksi Presiden AS saat itu, George W. Bush.

Mantan Presiden Barack Obama berjanji akan menutup penjara kontroversial itu ketika pertama menjabat pada 2009, namun terus menghadapi tentangan dari Kongres.

Namun, dia berhasil mempercepat proses pemindahan tahanan ke negara lain pada akhir masa jabatannya.

Menurut pemerintah AS, saat ini masih terdapat 41 tahanan di Guantanamo Bay.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.