Dunia

UNICEF peringatkan anak-anak Gaza menderita di tengah blokade dan pemboman Israel

Nutrisi, air, dan pendidikan sangat dibutuhkan karena konflik yang telah berlangsung selama hampir 2 tahun telah menghancurkan kehidupan anak-anak

12.09.2025 - Update : 12.09.2025
UNICEF peringatkan anak-anak Gaza menderita di tengah blokade dan pemboman Israel

ANKARA

UNICEF memperingatkan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza, menekankan bahwa hampir dua tahun blokade dan pemboman Israel telah menghancurkan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan mental anak-anak.

“Setelah hampir dua tahun horor yang dialami keluarga, setiap aspek kehidupan seorang anak telah terdampak,” kata Tess Ingram, manajer komunikasi UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, kepada Anadolu pada Jumat.

“Anak-anak tidak memiliki cukup makanan untuk dimakan. Mereka tidak memiliki air bersih. Mereka terus-menerus berusaha tetap aman dari bombardir yang terus mengancam nyawa mereka. Penyakit menyebar, dan anak-anak baru saja kehilangan tahun ketiga sekolah mereka,” tambahnya.

UNICEF memperkirakan lebih dari 700.000 anak seharusnya kembali bersekolah pada September, namun pendidikan formal tetap ditangguhkan.

“Untuk tahun ketiga berturut-turut, kelas tidak berlangsung di Jalur Gaza, dan itu membuat anak-anak berisiko, bukan hanya dalam pembelajaran, tetapi juga bagi kesehatan sosial, emosional, dan mental mereka,” kata Ingram.

Ia menyebutkan bahwa UNICEF menyediakan bantuan penyelamatan jiwa seperti perawatan malnutrisi, distribusi air, paket kebersihan untuk menekan penyebaran penyakit, serta peralatan medis bagi rumah sakit, khususnya untuk bayi prematur dan balita yang kekurangan gizi.

“Kami memeriksa ribuan anak untuk malnutrisi dan memberikan perawatan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup,” katanya.

Namun, ia menekankan bahwa bantuan tetap sangat terbatas.

“Bantuan dibatasi, tidak cukup yang masuk, dan UNICEF serta badan PBB lainnya menghadapi hambatan birokratis dan operasional yang mencegah kami bekerja secara efektif,” jelasnya. “Ini adalah bencana karena anak-anak menderita ketika kami tidak bisa membawa suplai gizi atau air bersih.”

Ingram juga memperingatkan meningkatnya aktivitas militer Israel di Kota Gaza.

“Bagi banyak keluarga, tidak ada pilihan yang baik – bertahan di lingkungan berbahaya atau pindah ke tempat yang juga tidak aman. Zona kemanusiaan yang disebut Al-Mawasi itu tidak aman; tidak ada makanan, air, atau tempat tinggal, dan pekan lalu saja, delapan anak tewas di sana ketika mencoba mendapatkan air,” ujarnya.

Meski dalam kesulitan, ia memuji keteguhan warga Gaza.

“Saya melihat kemanusiaan dan ketabahan yang luar biasa,” katanya.

Pejabat UNICEF itu juga mengapresiasi upaya internasional untuk menyalurkan bantuan. Ia menyebut armada kapal yang mencoba membawa bantuan ke Gaza sebagai “langkah penting untuk memastikan meningkatnya bantuan,” meskipun menekankan bahwa jalur darat tetap menjadi cara paling efektif untuk membawa suplai dalam jumlah besar.

Global Sumud Flotilla yang menuju Gaza terdiri atas sekitar 36 kapal yang membawa 500 hingga 700 aktivis dari lebih dari 40 negara. Penyelenggara mengatakan tujuan mereka adalah menantang blokade Israel dan menyalurkan bantuan kemanusiaan.

Sejak Oktober 2023, Israel telah menewaskan lebih dari 64.700 warga Palestina dalam serangannya di Jalur Gaza. Wilayah kantong itu tetap berada di bawah blokade, dengan penutupan perbatasan dan kekurangan parah makanan, air, obat-obatan, serta bahan bakar.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.