'Turki selalu bersama Azerbaijan dalam suka dan duka’
Turki yang berperan sebagai negara 'suadra' dan mitra strategis utama kini memainkan 'peran penting' dalam kemenangan Azerbaijan baru-baru ini, kata anggota parlemen Azerbaijan

Ankara
Jeyhun Aliyev
ANKARA
Rakyat Azerbaijan bangga dengan "sejarah besar" negaranya bersama Turki karena Ankara selalu berdiri di dekat Baku baik di saat-saat duka maupun gembira, ungkap seorang anggota parlemen Azerbaijan.
Sejarah menyaksikan banyak "periode gemilang" ketika Turki sebagai "teman dan saudara sejati" bagi Azerbaijan, kata anggota parlemen Azerbaijan Sevil Mikayilova kepada Anadolu Agency dalam sebuah wawancara eksklusif setelah Parade Kemenangan.
Parade YANG digelar di ibu kota negara itu untuk merayakan keberhasilan militer Azerbaijan baru-baru ini dalam membebaskan Nagorno-Karabakh dan wilayah sekitarnya dari hampir 30 tahun pendudukan Armenia.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan pejabat senior lainnya menghadiri upacara Parade Kemenangan di Azadlig Square di pusat kota atas undangan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.
Parade tersebut menampilkan lebih dari 3.000 personel militer, sekitar 150 perangkat keras militer, termasuk rudal dan sistem artileri, sistem pertahanan udara, UAV, kapal perang dan kapal, serta bagian dari peralatan militer yang disita oleh tentara Azerbaijan dari pasukan Armenia yang hancur selama perang tersebut.
"Kami ingat betul peristiwa 1918, keberanian tentara Turki dalam membela Azerbaijan di masa sulit itu. Sekarang, setelah hampir seabad, kami dengan bangga menulis halaman luar biasa lain dalam hubungan persaudaraan dan sejarah bersama kami," tutur dia.
Pada 15 September 1918, pasukan elit Ottoman, yang dijuluki Tentara Islam Kaukasia, di bawah kepemimpinan Nuri Pasha (Killigil), dikirim ke Azerbaijan pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia I.
Pengiriman pasukan itu menyusul permohonan dari rakyat wilayah tersebut. Pasukan Ottoman bersama dengan Tentara Nasional Azerbaijan melindungi integritas teritorial negara dan membebaskan Baku 102 tahun yang lalu dari pendudukan Armenia dan Bolshevik, menyiapkan panggung bagi negara untuk mendapatkan kembali kemerdekaannya pada tahun 1991.
"Turki dan Azerbaijan memiliki hubungan antarnegara yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang benar-benar unik dan pada waktu yang tepat," kata Mikayilova.
Peran Turki dalam kemenangan terakhir
Dia menggarisbawahi bahwa Turki sebagai negara "saudra" dan mitra strategis utama memainkan "peran penting" dalam kemenangan Azerbaijan baru-baru ini.
Ketika bentrokan baru antara Armenia-Azerbaijan meletus pada 27 September, tentara Armenia melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan serta melanggar beberapa perjanjian gencatan senjata kemanusiaan. Selama 44 hari pertempuran sengit, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman dan desa dari pendudukan.
"Azerbaijan merasakan dukungan moral dan politik dari Turki yang memposisikan dirinya secara adil sejak awal operasi serangan balik," kata anggota parlemen itu.
Pernyataan oleh pemimpin politik dan militer senior Turki memungkinkan Azerbaijan untuk "merasa tidak sendirian dalam pertempuran ini" dan membangkitkan semangat kemenangan baik di dalam tentara maupun masyarakat, lanjut Mikayilova.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa rakyat Azerbaijan "dengan sangat hormat mengingat pernyataan yang tulus" dari presiden Turki untuk berdiri bersama Azerbaijan dalam perang, menambahkan bahwa Erdogan telah memberikan Azerbaijan "dukungan yang sangat besar".
Perang 44 hari itu benar-benar penting bagi Azerbaijan untuk mengidentifikasi teman sejatinya, tegas dia.
"Presiden Erdogan adalah pemimpin yang paling disambut dengan hangat di Azerbaijan, yang mana orang-orang di negara saya menyatakannya sebagai teman sejati Azerbaijan.”
Turki adalah negara saudara dan sekutu terdekat [Azerbaijan] dan ini adalah kemenangan yang dimiliki kedua negara, sebut dia.
Mikayilova memperhatikan bahwa negara tersebut telah melewati masa pembangunan yang panjang di bawah kepemimpinan Aliyev.
"Kemenangan gemilang yang diperoleh dalam perang 44 hari dengan Armenia menunjukkan pembangunan tentara yang brilian Azerbaijan di bawah kepemimpinan panglima perang Ilham Aliyev," sebut dia.
'Segitiga militer-negara-rakyat'
"Segitiga rakyat-negara-tentara adalah lokomotif utama agar kemenangan terjadi," kata anggota parlemen itu.
Menunjukkan bahwa Azerbaijan berhutang kemenangannya kepada para pemimpin negara, yang menulis "halaman emas yang mulia dalam sejarah Azerbaijan", Mikayilova mengatakan kemenangan itu dicapai melalui upaya jangka panjang pada platform politik dan diplomatik.
Berkat Presiden Aliyev, Azerbaijan dapat memperbesar daftar negara-negara sahabat dan sekutu, menciptakan basis legislatif yang memungkinkan penyelesaian konflik Nagorno-Karabakh berdasarkan prinsip fundamental integritas teritorial negara-negara berdaulat dan membawa posisi Azerbaijan yang adil ke kancah internasional yang lebih besar.
Hubungan antara bekas republik Soviet Azerbaijan dan Armenia tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, sebuah wilayah yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan.
Menyusul perang Karabakh baru-baru ini, yang dijuluki oleh Azerbaijan sebagai Perang Patriotik, Baku dan Yerevan menandatangani gencatan senjata yang ditengahi Moskow pada 10 November untuk mengakhiri perang, dan bekerja menuju resolusi yang komprehensif. Gencatan senjata itu dipandang sebagai kemenangan bagi Azerbaijan dan kekalahan bagi Armenia, yang angkatan bersenjatanya telah ditarik dari wilayah pendudukan sesuai dengan kesepakatan.
"Langkah komprehensif [telah] dilakukan selama bertahun-tahun untuk mengungkap kebohongan dan pemalsuan Armenia dan untuk meyakinkan dunia bahwa Azerbaijan memiliki hak untuk membebaskan wilayah yang diakui secara internasional dari pendudukan Armenia sesuai dengan empat resolusi Dewan Keamanan PBB," tambah Mikayilova.
Empat resolusi Dewan Keamanan PBB dan dua resolusi Majelis Umum PBB, serta banyak organisasi internasional menuntut penarikan "segera, lengkap, dan tanpa syarat oleh pasukan pendudukan dari wilayah Azerbaijan yang diduduki sejak awal 1990-an.”
Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) Minsk Group - diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan AS - dibentuk pada tahun 1992 untuk menemukan solusi damai untuk konflik Nagorno-Karabakh, tetapi mereka tidak berhasil.
Mikayilova menekankan bahwa selama hampir 30 tahun pendudukan Armenia, Azerbaijan melakukan "pekerjaan brilian" yang melindungi negara dari "tekanan bias luar" selama perang 44 hari.
"Selama 17 tahun masa kepresidenannya, Ilham Aliyev dapat membangun Azerbaijan yang kuat secara politik dan ekonomi, tentara yang kuat, dan masyarakat yang kuat berdasarkan keterampilan kepemimpinannya yang brilian, pemerintahan yang sempurna, kegiatan yang konstruktif, dan kreatif."
Dia juga mengatakan kemenangan itu menciptakan "realitas geopolitik yang benar-benar baru" di kawasan itu, yang menunjukkan bahwa perdamaian dan keamanan adalah satu-satunya syarat untuk kemakmuran bangsa di masa depan.
"Azerbaijan akan mengubah Karabakh menjadi tanah perdamaian, memasukkan negara-negara sahabat ke dalam kerja sama yang bermanfaat demi perdamaian yang tahan lama," pungkas dia.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.