Dunia

Survei: Publik lebih pilih Brexit batal daripada tanpa kesepakatan

Pencabutan Pasal 50 adalah opsi yang paling disukai jika kesepakatan tidak dapat ditengahi oleh perdana menteri baru

Rhany Chairunissa Rufinaldo  | 08.07.2019 - Update : 08.07.2019
Survei: Publik lebih pilih Brexit batal daripada tanpa kesepakatan Ilustrasi: Bendera Inggris dan bendera Uni Eropa. (Foto file - Anadolu Agency)

London, City of

Muhammad Mussa

LONDON

Sebuah survei baru mengungkapkan bahwa publik Inggris lebih memilih untuk membatalkan Brexit atau mengadakan referendum kedua daripada meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh BMG menemukan bahwa 43 persen responden memilih untuk mencabut Pasal 50, yang berisi keputusan untuk meninggalkan Uni Eropa.

Sementara Brexit tanpa kesepakatan didukung oleh 38 persen responden dan 41 persen dari mereka juga mendukung referendum kedua.

Survei menunjukkan bahwa publik sangat skeptis jika Boris Johnson dan Jeremy Hunt - dua kandidat ketua partai konservatif Tory - dapat menegosiasikan kesepakatan yang sukses sebelum 31 Oktober dan menghindari gejolak politik yang memaksa Perdana Menteri Theresa May untuk mundur.

Prospek Brexit tanpa kesepakatan meningkat secara signifikan sejak May mengumumkan pengunduran dirinya di bulan Mei dan kemungkinan mantan Menteri Luar Negeri Boris Johnson, yang berjanji untuk meninggalkan Uni Eropa dalam tiga bulan dengan atau tanpa kesepakatan, menjadi perdana menteri berikutnya.

Survei yang dilakukan dengan 1.532 responden juga menemukan bahwa 41 persen dari mereka yakin bahwa tidak ada cukup waktu untuk kesepakatan baru yang akan ditengahi hingga akhir Oktober.

Sementara 39 persen responden yakin ada cukup waktu untuk menyelesaikan proses tersebut.

Selain itu, 35 persen di antaranya mengatakan akan mendukung perpanjangan jadwal Brexit untuk memastikan cukup waktu dalam menemukan kesepakatan yang lebih baik.

Ketika ditanya apakah kesepakatan yang diusulkan May masih mendapat dukungan, hanya 21 persen menyatakan dukungan terhadap kesepakatan yang telah ditolak sebanyak tiga kali itu.

Anggota parlemen yang mendukung Uni Eropa sedang mempersiapkan mosi untuk mencegah perdana menteri baru memaksa meneruskan Brexit tanpa kesepakatan di parlemen pada Oktober.

Pembelot partai Tory Dominic Grieve mendorong amandemen yang membuat parlemen tidak mungkin ditangguhkan.

Menteri Keuangan Philip Hammond berada di barisan depan dalam mengkritik Hunt dan Johnson atas dukungan mereka untuk kesepakatan dan memimpin sebuah kelompok beranggotakan 30 anggota parlemen Tory yang berencana menghentikan Brexit disahkan tanpa kesepakatan.

Johnson sebelumnya mengatakan dalam sebuah artikel di situs pro-Brexit bahwa dia akan membuat Inggris "layak" untuk Brexit tanpa kesepakatan.

Dia juga memastikan bahwa negara dapat meninggalkan blok pada 31 Oktober dan bahwa tidak akan ada peluang kedua di luar batas waktu yang diusulkan.

“Kami membutuhkan perubahan arah. Itu sebabnya kita harus memperlakukan 31 Oktober sebagai tenggat waktu nyata untuk meninggalkan Uni Eropa, apapun yang terjadi, bukan yang palsu," ujar Johnson.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın