
Jakarta Raya
JAKARTA
Setelah hampir dua dekade, Rusia kini semakin dekat menjalin kerjasama dengan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Semakin dekatnya Rusia dengan kawasan beranggotakan 10 negara ini dapat dilihat dalam rencana kerjasama multilateral dengan ASEAN, yang disampaikan dalam pertemuan virtual antar menteri luar negeri ASEAN dengan Rusia, Rabu.
Dalam kerjasama itu, Indonesia tampak cukup bersemangat menyambut kerjasama tersebut, terlihat dari paparan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam press briefing kemarin.
Menanggapi kerjasama itu, Ketua Umum Apindo Hariadi Sukamdani mengatakan, Rusia saat ini memang cukup penting sebagai mitra dagang Indonesia di kawasan Asia Tengah.
"Indonesia perlu mengembangkan perdagangan dengan negara-negara Asia bagian tengah, bekas Uni Soviet," kata Hariadi, ketika dihubungi Anadolu Agency, Kamis.
Saat ini Indonesia mendapatkan keuntungan lebih dari Rusia dari perdagangan, ketimbang Rusia kepada Indonesia, karena produk-produk Rusia di Indonesia, seperti otomotif dan mesin, memiliki subtitusi yang lebih murah daripada Rusia.
"Sementara bagi Indonesia, produk-produk konsumsi seperti minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan barang konsumsi lainnya, sulit didapatkan substitusinya di Rusia," tambah Hariadi.
Apalagi saat ini CPO Indonesia menemui hambatan untuk masuk ke pasar Eropa, sehingga Indonesia perlu mendapatkan pasar baru bagi CPO produksi Indonesia.
Selain itu, pasar Asia Tengah lebih potensial dibandingkan Afrika, sehingga Hariadi menilai pemerintah Indonesia sudah sewajarnya membuka hubungan diplomatik yang lebih erat dengan Rusia.
Sejauh ini perdagangan Indonesia - Rusia lebih menguntungkan Indonesia, karena Indonesia menikmati surplus. Eratnya kerjasama dengan Rusia saat ini, kata Hariadi, diharapkan semakin memperbesar surplus tersebut ke depan.
Pada akhir 2019, kepada media, kedutaan Rusia di Indonesia mengatakan Rusia telah meningkatkan impor minyak kelapa sawit dari Indonesia sebesar 800.000 dolar AS pada 2019. Rusia berjanji akan menjaga tingkat impor CPO tersebut dan tidak akan dikurangi meski komoditas tersebut tengah menghadapi masalah pembatasan di Uni Eropa.
Total perdagangan Indonesia-Rusia pada 2017 mencapai USD2,52 miliar (sekitar Rp35,2 triliun) atau naik 19,32 persen dari 2016 yang sebesar USD2,11 miliar. Data dari Rusia menurut Federal Custom USD3,27 miliar atau 25 persen naik. Pada 2019 dan 2020, nilai perdagangan kedua negara telah mencapai lebih dari USD3 miliar, menurut data yang dilansir kedutaan Rusia di Indonesia kepada media, beberapa waktu lalu.
Semakin masuk ke ASEAN
Sebagai informasi Rusia mulai secara intensif menjalin kerjasama regional dengan ASEAN sejak dua dekade lalu, sejak secara resmi menjadi mitra dialog ASEAN pada 1996. Kemudia pada pertemuan tingkat tinggi, pada 2018, ASEAN dan Rusia sepakat mengangkat kemitraan dengan menjalin kemitraan strategis.
Pada awal Agustus 2018, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov meresmikan Perwakilan Tetap Federasi Rusia untuk ASEAN. Kantor perwakilan tetap Rusia untuk ASEAN juga merangkap sebagai markas diplomatik Rusia di kawasan Asia Tenggara.
Di era pandemi Covid-19, Rusia menitik beratkan kerjasama pada penanganan pandemi, tidak hanya kerjasama di bidang antiterorisme dan antiekstremisme.
ASEAN dan Rusia sepakat mempromosikan kerja sama pengembangan vaksin dan obat-obatan dalam menghadapi pandemi Covid-19 agar obat tersebut terjangkau dan bisa diakses semua negara.
Ini merupakan salah satu komitmen yang disepakati dalam pertemuan menteri luar negeri ASEAN-Rusia pada Rabu. Dalam pertemuan itu, Indonesia menjadi negara koordinator kerjasama ASEAN-Rusia, yang memang telah berlangsung sejak 2018 hingga 2021.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan ASEAN dan Rusia juga berkomitmen mempromosikan kerja sama bidang kedokteran militer untuk menunjang upaya penanganan pandemi.
Menteri Retno mengatakan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengajak negara ASEAN bekerja sama dalam kerangka multilateralisme termasuk mendukung peran WHO mengatasi pandemi Covid-19 dan dampak ekonominya.
Menteri Lavrov kata dia menyarankan ASEAN memanfaatkan momentum untuk mengatasi meningkatnya persaingan di kawasan Asia Pasifik khususnya di masa pandemi.
Menurut Retno, kerjasama dengan Rusia dalam penanganan pandemi Covid-19 cukup strategis karena Rusia memiliki teknologi yang baik. "Sebanyak 9 dari sekitar 130 kandidat vaksin saat ini berasal dari Rusia," kata Retno.
"Sertifikasi Avifavir dan Levilimab sebagai obat bagi pasien COvid-19 di Rusia juga menunjukkan perkembangan menggembirakan" tambah Retno.
Terlepas dari penanganan pandemi Covid-19, kerjasama dengan Rusia juga cukup strategis untuk membuka pasar ekspor Indonesia ke wilayah Asia Tengah, seperti diungkapkan oleh ketua umum Apindo di atas.