Rakyat Etiopia kenang kembali pemimpin reformisnya 'Lij lyasu'
Rencana Penguasa Lij Ilyasu untuk meegakkan keadilan dan persatuan negara membuat marah para bangsawan, gereja dan kekuatan kolonial

Addis Abeba
Seleshi Tessema
ADDIS ABABA
Ketika Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, seorang peraih Nobel mencoba menerapkan sejumlah reformasi, rakyat Etiopia mengingat kontribusi serupa oleh Lij lyasu, yang memerintah negara itu seabad lalu.
Hampir 104 tahun yang lalu, Pangeran Ilyasu melakukan reformasi sosial untuk membawa inklusivitas dan memastikan keadilan bagi populasi Muslim di negara itu, yang oleng di bawah penindasan, di negara yang menyatakan agama Kristen sebagai agama negara.
Marah terhadap sikap anti-kolonialnya dan memiliki sisi lembut untuk para Muslim dan orang Turki, elit politik negara dan Gereja Ortodoks menggulingkannya, bekerja sama dengan kekuatan kolonial seperti Prancis, Italia, dan Inggris.
Ahmed Mazhar Bey, utusan Turki untuk Etiopia saat itu, menyebut kudeta itu telah menggagalkan upaya yang direncanakan untuk Ethiopia dan Turki guna membentuk aliansi anti-kolonial.
Para ahli percaya bahwa penjatuhan lyasu, yang ditunjuk sebagai Kaisar Ethiopia dari 1911-1916 menghambat banyak reformasi sosial, memastikan kesetaraan di antara agama, inklusi, persatuan, dan memperluas persahabatan dengan negara-negara Muslim.
Pada saat kudeta, Iyasu yang mengambil alih kekuasaan pada usia 16 tahun berada di kota Harar, sebuah kota masjid dan tempat suci kuno yang terletak 518 km di timur Addis Ababa.
Dia secara berkeliling wilayah mayoritas Muslim di Ethiopia, Afar dan Somalia.
Dalam perjalanannya, pemimpin jangkung dengan kulit coklat itu biasa sering bergabung dengan para pemuka agama di masjid saat salat.
Berbicara kepada Anadolu Agency, Azaryas Haile Giorgis, seorang sejarawan di Arsip dan Perpustakaan Nasional Ethiopia mengatakan Iyasu mendorong dan membantu umat Islam untuk membangun masjid, sekolah agar mereka dapat mempraktikkan agama mereka tanpa rasa takut.
“Salah satu kemungkinan alasan yang membuat Iyasu menjangkau Muslim Ethiopia adalah nasihat dan dorongan yang dia terima dari temannya dari Turki, Manzar,” kata sejarawan itu.
-Memicu kemarahan Gereja
Iyasu mengambil beberapa istri Muslim, yang menimbulkan desas-desus bahwa penguasa telah masuk Islam, dan memicu kemarahan Gereja.
Mohammed Ali, seorang dosen Universitas Addis Ababa mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa hubungan persahabatan Iyasu dengan Muslim Ethiopia bertujuan untuk memperbaiki ketidakadilan yang mengakar di negara itu yang berasal dari zaman kakeknya, Menelik II, yang memerintah Ethiopia dari tahun 1844-1913.
Karena Menelik tidak memiliki anak laki-laki yang masih hidup, maka dia menunjuk cucunya, Iyasu sebagai pewaris takhta.
Ali mengatakan negara bagian Menelik yang didominasi Kristen telah gagal menjadi lembaga yang inklusif.
“Iyasu ingin melihat Ethiopia yang inklusif dan adil dengan Muslim. Itu adalah upaya untuk menjadikan umat Islam sebagai anggota bangsa yang bermartabat. Tujuan dari kebijakan tersebut adalah mentransformasikan kebijakan negara yang telah menetapkan dan mengedepankan agama Kristen sebagai agama negara menjadi sistem kesetaraan dan koeksistensi antaragama secara damai,” kata Ali.
Iyasu juga telah menunjuk Muslim di berbagai posisi pemerintahannya.
Menjelang akhir masa pemerintahannya pada tahun 1916, Iyasu memutuskan untuk bergabung dalam Perang Dunia I di pihak Jerman, Austria, dan Turki, yang membuatnya bertabrakan dengan Sekutu - Prancis, Inggris, dan Italia yang menginginkan Ethiopia berada di pihak mereka atau tetap netral.
Pada saat itu, Inggris menguasai Sudan dan sekarang Somalia sementara Djibouti dan Eritrea masing-masing berada di bawah kekuasaan Prancis dan Italia. Italia juga memiliki kolonial di Somalia.
Minatnya untuk bergabung dengan Blok Sentral adalah untuk mendapatkan kembali wilayah Ethiopia, Eritrea dan Djibouti dari kekuatan kolonial.
“Iyasu percaya bahwa membangun hubungan yang dapat dipercaya dengan para pemimpin kawasan dan negara Muslim, Turki dan Somalia sangat penting untuk mempertahankan kemerdekaan Ethiopia. Untuk itu, Iyasu mengirimkan senjata dan amunisi kepada pemimpin pejuang kemerdekaan Somalia,” kata Giorgis.
Dia juga mendukung para pemimpin Muslim Somalia dalam perjuangan mereka melawan Inggris dan Italia.
Bekerja sama dengan Turki, yang memberikan dukungan militer, dia membantu gerakan anti-kolonial di Afrika melawan pemerintahan Inggris, Prancis, dan Italia.
Kekuatan aliansi bertabrakan dengan bangsawan Ethiopia dan merancang kudeta yang didahului dengan kampanye kotor bersama terhadap Iyasu, ungkap Ali.
“Para penguasa menuduh Iyasu masuk Islam dan berencana untuk mendirikan negara Islam di Harar yang akan bersekutu dengan Turki dan selanjutnya akan berkembang ke seluruh Afrika,” imbuh dia.
Gereja Ortodoks Ethiopia mengucilkan dia, menuduh dia telah murtad.
Menurut Kamil dan Ali, tidak ada bukti bahwa Iyasu masuk Islam.
“Iyasu adalah seorang pemeluk Kristen dan telah membangun gereja," kata Ali.
Bahkan 100 tahun kemudian, Gereja Ortodoks belum memaafkan penguasa yang menggulingkan dia, karena sudut lembutnya bagi umat Islam.
Berbicara kepada Anadolu Agency, Diakon Berhanu Admass, seorang ahli teologi mengatakan Iyasu secara resmi dipandang sebagai ancaman nyata bagi kesucian, keberlangsungan gereja, dan Ethiopia.
“Iyasu ditipu oleh elemen asing non-Kristen yang bertekad menghancurkan gereja dan bangsa. Menggulingkannya adalah keputusan penting dalam sejarah gereja dan negara,” tutur Admass.
Tetapi yang lain mengatakan para penguasa khawatir reformasi dapat mengancam kelangsungan pemerintahan monarki Kristen Ethiopia.
Iyasu berusaha untuk melawan tetapi dikalahkan oleh tentara kelas penguasa. Dia kemudian ditangkap dan meninggal pada tahun 1935.
- Reformasi yang dibatalkan mempengaruhi umat Islam
Menurut Ali, reformasi yang dibatalkan telah menggagalkan penyertaan awal Muslim Ethiopia menyebabkan berlanjutnya penindasan terhadap Muslim di bawah Kaisar Haile Selassie, yang menggantikan Iyasu dan memerintah Ethiopia dari tahun 1930-74.
Selama tiga dekade terakhir, Muslim Ethiopia mencapai tingkat kebebasan, kesetaraan, dan inklusi yang signifikan.
“Namun, seabad setelah reformasi Islam dibatalkan, kami masih berjuang untuk menjadi komunitas umat yang dihormati,” kata Iyasu.
Ali mengatakan bahwa seabad kemudian, lanskap politik Ethiopia saat ini disibukkan dengan narasi dan ideologi yang berlawanan secara diametris dalam membangun masyarakat yang inklusif, bersatu, dan demokratis.
“Inilah yang coba dicapai oleh Perdana Menteri Ethiopia yang reformis Abiy Ahmed dan aktor politik lainnya. Semuanya adalah ulangan dari agenda reformasi Iyasu yang dibatalkan,” lanjut dia.
Menurut Giorgis, penggulingan Iyasu, tidak hanya menggagalkan reformasi tetapi turun ke halaman sejarah sebagai kehilangan kesempatan nasional yang bisa memajukan pembangunan negara dan membawa persatuan dalam masyarakat.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.