Protes anti-pemerintah lumpuhkan Zimbabwe
Kenaikan harga bahan bakar memicu protes massal

Harare
Jeffrey Moyo
HARARE, Zimbabwe
Kerusuhan besar melanda Zimbabwe dua hari setelah Presiden Emmerson Mnangagwa mengumumkan kenaikan harga bahan bakar.
Massa yang marah yang mengerumuni jalan di pinggiran kota di Harare dan Bulawayo menuntut pemerintah untuk segera memulai dialog dengan Gerakan untuk Partai Aliansi Perubahan Demokrasi dalam rangka memperbaiki ekonomi negara yang sedang terpuruk.
Di dua kota terbesar negara itu, pengunjuk rasa memblokade jalan dan membakar ban yang menghalangi lalu lintas.
Angkutan umum tidak beroperasi sehingga banyak orang tidak dapat pergi bekerja dan sekolah.
Bulawayo, kota terbesar kedua Zimbabwe, juga mengalami ketegangan di mana polisi terlibat dalam bentrok dengan warga.
Protes keras tersebut terjadi menyusul seruan Kongres Serikat Buruh Zimbabwe dan kelompok-kelompok yang sepaham untuk memprotes kenaikan harga bahan bakar dan kegagalan pemerintah untuk memperbaiki krisis yang semakin meningkat.
“Kami ingin Mnangagwa mengadakan dialog dengan MDC untuk mengakhiri krisis ini. Mnangagwa itu kejam. Bagaimana mungkin dia mengumumkan kenaikan harga bahan bakar ketika warganya menderita? Ini berarti segalanya akan menjadi mahal,” kata Linet Chikonye seorang warga asal kota Glenora.
Donemore Jari, yang bekerja sebagai pedagang mengatakan pemerintah Mnangagwa telah menyatakan perang terhadap warga negara.
"Orang-orang mengatakan 'sudah cukup' dan mereka ingin mata pencaharian mereka kembali. Mereka menginginkan pemerintahan yang baik dan ekonomi yang berfungsi," ujar Joana Mamombe, anggota parlemen oposisi dari Aliansi MDC untuk Harare West.
Meskipun tentara berseragam tidak terlihat di dekat lokasi protes, suara tembakan terdengar di permukiman Epworth Harare dalam upaya penyerbuan yang menyebabkan dua orang terluka parah.
Sejumlah bus dan perusahaan penerbangan membatalkan perjalanan dari Afrika Selatan ke Zimbabwe.
Televisi Afrika Selatan SABC melaporkan bahwa banyak warga Zimbabwe melintasi perbatasan menuju Afrika Selatan untuk membeli bahan bakar yang lebih murah.
* Hassan Isilow berkontribusi pada berita ini dari Johannesburg