Türkİye, Dunia

Proposal presiden Turki soal keamanan Afghanistan dapat reaksi beragam

Banyak orang Pakistan, Afghanistan, dan India menyambut baik proposal tersebut, sementara beberapa lain memandangnya secara skeptis

Ekip  | 18.06.2021 - Update : 18.06.2021
Proposal presiden Turki soal keamanan Afghanistan dapat reaksi beragam Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Mustafa Kamacı - Anadolu Agency )

112388

ISLAMABAD, Pakistan/KABUL, Afghanistan/NEW DELHI, India

Usulan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tentang mekanisme pertemuan trilateral baru yang melibatkan Turki untuk melindungi Bandara Kabul setelah Amerika Serikat (AS) menarik diri dari Afghanistan menuai reaksi beragam dari para pakar di Asia Selatan.

Usai pertemuan dengan para pemimpin NATO di Brussels, Belgia pada Senin lalu, Erdogan mengatakan Turki juga menuntut keterlibatan Pakistan dan Hongaria dalam misi baru di Afghanistan setelah kepergian NATO yang dipimpin pasukan AS.

Turki, yang pasukannya di Afghanistan selalu terdiri dari pasukan non-kombatan, menawarkan untuk menjaga Bandara Internasional Hamid Karzai karena masih ada pertanyaan tentang bagaimana keamanan akan terjamin di sepanjang rute transportasi utama dan di bandara, yang merupakan pintu gerbang utama ke ibu kota Kabul.

Menurut pengumuman pada April oleh Presiden AS Joe Biden, semua pasukan asing akan meninggalkan Afghanistan pada September 2021.

“Kami menyambut baik pengumuman Presiden Erdogan. Ini perkembangan yang sangat positif,” kata Mushahid Hussain Syed, kepala Komite Pertahanan Senat Pakistan, kepada Anadolu Agency.

Dia mengatakan Islamabad dan Ankara adalah pemain kunci untuk perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Afghanistan di tengah kepercayaan, persahabatan, dan hubungan yang mengakar antara kedua negara.

“AS dan pasukan asing meninggalkan Afghanistan dalam keadaan kering seperti pada 1989 setelah Tentara Merah (Uni Soviet) keluar dari negara yang dilanda perang,” ujar dia, menambahkan bahwa Pakistan memiliki kepentingan strategis dalam perdamaian, keamanan dan stabilitas Afghanistan.

Dia mengatakan kedua negara juga telah menjadi bagian dari Heart of Asia - Proses Istanbul yang bertujuan untuk mempelopori upaya untuk menyelesaikan konflik selama beberapa dekade melalui penyelesaian yang dinegosiasikan secara politik.

Sementara itu, Manoj Joshi, seorang pengamat politik di New Delhi, memandang proposal Erdogan "bisa diterapkan."

"Saya pikir itu bisa diterapkan karena terbatas pada bandara. Juga karena Kabul adalah kota non-Pashtun di mana pengaruh Taliban lebih rendah," kata Joshi kepada Anadolu Agency.

"Keterlibatan Pakistan akan membuat misi Turki lebih mudah karena Islamabad memiliki kemampuan untuk mengendalikan logistik Taliban," ujar dia, mengacu pada tingkat pengaruh yang dimiliki Islamabad atas milisi tersebut terutama karena kawasan sekitarnya.

Skeptisisme dapat persetujuan dari Taliban

Rahimullah Yusufzai, pakar urusan Afghanistan dari Peshawar, merasa bahwa proposal tersebut mungkin tidak mendapat persetujuan dari Taliban dan pemerintah Kabul.

“Taliban telah berperang melawan pasukan asing selama dua dekade. Tidak mungkin mereka akan menerima kehadiran pasukan asing, tidak peduli dari negara Muslim, di tanah Afghanistan setelah penarikan AS,” terang dia kepada Anadolu Agency, sambil mencatat bahwa juru bicara Taliban telah secara terbuka menyatakan rasa hormat kelompok itu kepada Turki.

Bagi pemerintah Kabul, lanjut dia, akan lebih sulit lagi menerima kehadiran pasukan Pakistan di wilayahnya.

Sher Shah, seorang mahasiswa dari Islamabad memuji proposal untuk mengerahkan pasukan negara-negara Muslim di Kabul. Dia mengatakan keputusan seperti itu juga akan membutuhkan dukungan dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

“Menurut saya, Turki dan Pakistan perlu membuat Taliban percaya hingga keadaan sebelum pengerahan pasukan di bandara Kabul karena jika mereka menghindari Taliban, dalam hal itu, mereka akan menghadapi perlawanan dari mereka,” ungkap dia.

Imranullah Nasir, mahasiswa hubungan internasional di Universitas Peshawar, juga mendukung pandangan Shah, dengan mengatakan AS telah kalah perang dan sekarang mereka akan mencoba melibatkan pasukan Muslim di Afghanistan melawan Taliban.

“Turki dan Pakistan juga harus melibatkan negara-negara Muslim lainnya dan berbicara dengan Taliban sebelum mengambil keputusan karena tanpa berkonsultasi dengan Taliban, mereka akan mendapatkan perlawanan,” urai dia.

“Jika melalui konsensus, kehadiran Turki di Afghanistan setelah penarikan AS dapat mencegah situasi seperti perang saudara di sana,” imbuh dia.

Setelah sejumlah kekerasan terbaru di negara itu, warga Afghanistan di Kabul kini melihat proposal tersebut dengan sangat hati-hati.

“Karena pertengkaran internal dan perpecahan di antara warga Afghanistan, negara-negara asing, termasuk negara-negara Muslim yang bersahabat seperti Turki, melihat peluang dan kebutuhan untuk mempertahankan pasukannya di sini,” kata Khan Saeed, seorang penduduk Kabul.

Pada akhirnya, Taliban dan pemerintah Afghanistan perlu mencapai penyelesaian politik demi perdamaian dan harmoni di negara itu.

Tanggapan dari pemerintah Afghanistan

Pemerintah Afghanistan sejauh ini belum bereaksi terhadap proposal untuk menjaga pasukan Turki tetap ditempatkan di Bandara Internasional Hamid Karzai.

Taliban pekan lalu memperingatkan agar tidak menahan pasukan dari negara mana pun di Afghanistan untuk keamanan yang diusulkan di bandara Kabul setelah penarikan pasukan internasional.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu, kelompok itu menyatakan bahwa kehadiran pasukan asing "tidak dapat diterima."

“Setiap inci tanah Afghanistan, bandara dan keamanan kedutaan asing dan pejabat diplomatik adalah tanggung jawab Afghanistan. Akibatnya, tidak ada yang harus berharap untuk mempertahankan kehadiran militer atau keamanan di negara kami, juga tidak boleh mengambil langkah-langkah yang dapat meregangkan hubungan antara rakyat dan negara,” jelas pernyataan dari Taliban.

Di sisi lain, para pakar percaya bahwa pasukan Turki mungkin diperlukan untuk menjaga bandara tersebut tetap berfungsi untuk saat ini.

“Turki memiliki hubungan yang mengakar dengan Afghanistan, tetapi kehadiran militer mereka di sini pada saat perang memecah belah. Saya harap itu tidak merusak hubungan bersejarah antara kedua negara yang bersaudara itu,” kata veteran Angkatan Darat Afghanistan Brigjen Mohammad Arif kepada Anadolu Agency.

Syed Abrar Hussain, mantan duta besar Pakistan untuk Afghanistan, mengatakan, "Saya pikir terlalu dini untuk mengomentari proposal semacam itu. Mari kita lihat bagaimana otoritas Pakistan menanggapinya."

Turki, kata Hussain, adalah teman tulus bagi Pakistan dan Afghanistan, tetapi Pakistan tidak boleh terlibat dalam aktivitas semacam itu kecuali diminta oleh warga Afghanistan sendiri.

“Kita harus ada di sana untuk membantu dan memfasilitasi hanya jika diminta oleh kedua belah pihak di Afghanistan,” tegas dia.

Pada Januari 2021, tentara Turki memimpin Satuan Tugas Gabungan Kesiapan Sangat Tinggi (VJTF) NATO di Kabul, menempatkan ribuan tentara dalam keadaan siaga, siap dikerahkan dalam beberapa hari.

Pasukan Albania, Hongaria, Italia, Latvia, Montenegro, Polandia, Rumania, Slovakia, Spanyol, Inggris, dan AS juga bertugas di satuan tugas tersebut, yang merupakan bagian dari Pasukan Respon NATO yang lebih besar.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.