Dunia

PROFIL - Mengenang kegigihan Saif-ul-Azam, pilot tempur legendaris asal Bangladesh

Dia adalah satu-satunya pilot yang mengemudikan pesawat tempur untuk empat negara, yakni Yordania, Irak, Pakistan, dan Bangladesh

Maria Elisa Hospita  | 17.06.2020 - Update : 21.06.2020
PROFIL - Mengenang kegigihan Saif-ul-Azam, pilot tempur legendaris asal Bangladesh Ilustrasi: Pilot Bangladesh Saiful Azam. (Foto file - Anadolu Agency)

Dhaka

Md. Kamruzzaman

DHAKA, Bangladesh 

Pilot pesawat tempur kawakan asal Bangladesh Saif-ul-Azam, meninggal dunia pada Minggu pagi, dan orang-orang Arab di Timur Tengah mengenang keberanian dan kegigihannya selama mengudara.

Sepanjang sejarah, dia mungkin satu-satunya pilot yang mengemudikan pesawat tempur untuk empat negara, yakni Yordania, Irak, Pakistan, dan Bangladesh.

Dia juga memegang rekor unik yaitu menghancurkan pesawat tempur dua angkatan udara yang berbeda, India dan Israel.

Saif-ul-Azam menghembuskan napas terakhirnya pada usia 80 tahun di Dhaka, Bangladesh, setelah menderita penyakit komplikasi.

Orang-orang Arab di Timur Tengah mengenang kontribusinya yang luar biasa dalam Perang Arab-Israel 1967, di mana kemampuan manuvernya yang luar biasa membuat Angkatan Udara Israel kewalahan.

Menurut para ahli, berkat penglihatannya yang tajam, pangkalan udara Irak maupun Yordania terselamatkan dari nasib nahas yang menimpa Angkatan Udara Mesir, yaitu dihancurkan oleh Israel.

Saat menerbangkan pesawat tempur kursi tunggal, Hawker Hunter, dia menembak jatuh pesawat pengebom Dassault Mystere milik Angkatan Udara Israel di Yordania.

Sehari kemudian, ketika dia dipindahkan ke pangkalan udara Irak, dia melumpuhkan dua pesawat tempur mutakhir Israel, Vautour IIA dan Dassault Mirage III.

Sebelumnya, selama Perang India-Pakistan 1965, saat dia menjadi bagian dari Skuadron 17 Angkatan Udara Pakistan, dia menembak jatuh pesawat pencegat Folland Gnat India, yang menyebabkan tertangkapnya pilot Vijay Mayadev.

Berkat prestasi tersebut, dia pun dianugerahi Sitara-e-Jurat, penghargaan militer tertinggi ketiga di Pakistan.

Azam lahir di daerah terpencil di distrik Pabna, Bangladesh, pada 1941, dia menghabiskan masa kecilnya di Kota Kolkata di India bersama ayahnya.

Setelah pemisahan India pada 1947, keluarganya pun bermigrasi ke Bangladesh (saat itu Pakistan Timur).

Menurut situs web analitik yang berbasis di Asia Selatan, Roar Media, Azam meninggalkan rumah saat berusia 14 tahun untuk menjalani pendidikan menengah di Pakistan Barat (sekarang Pakistan).

Kemudian, pada 1958, dia diterima di Sekolah Tinggi Angkatan Udara Pakistan, di mana dia menyelesaikan pendidikannya sebagai pilot.

Dalam blog pertahanan populer, Fighter Jets World, mencatat bahwa setelah mempelajari dasar-dasar teknik penerbangan di Pakistan, Azam dikirim untuk pelatihan tempur tingkat lanjut di Pangkalan Angkatan Udara Luke di Arizona.

Penghormatan bagi Azam

Panglima Angkatan Udara Pakistan Marshal Mujahid Anwar Khan mengenang aksi heroik Azam selama perang India-Pakistan 1965 dan perang Arab-Israel 1967.

Dia menggambarkan mendiang Azam sebagai "seorang pilot tempur luar biasa yang akan selalu dikenang karena keberanian dan profesionalismenya".

Pada November 1966, Azam ditugaskan ke Angkatan Udara Royal Yordania sebagai salah satu penasihat.

Menurut situs militer Pakistan, pada 5 Juni 1967, empat jet Israel turun di pangkalan udara Mafraq Yordania untuk menargetkan angkatan udara negara itu.

"Untuk menangkal serangan yang datang, komandan Angkatan Udara Yordania mengutus Azam yang berhasil melumpuhkan Mystere yang dikemudikan oleh pilot Israel H. Boleh," papar situs itu.

Berkat prestasinya ini, dia dipindahkan ke Irak untuk mempertahankan pangkalan udara.

Di tempat itu dia menembak jatuh dua pesawat tempur Israel.

"Dalam 72 jam, Azam menjadi satu-satunya pilot pesawat tempur di dunia yang berhasil menembak jatuh tiga pesawat Israel dalam pertempuran udara. Azam masih menjadi pemegang rekor itu hingga hari ini," tambah situs tersebut.

Penghargaan dari Yordania dan Irak

Sebagai pengakuan atas kontribusi heroik Azam, dia dianugerahi penghargaan militer oleh Yordania dan Irak.

Pada 2001, Amerika Serikat juga memberikan penghargaan Living Eagles untuknya.

Setelah kemerdekaan Bangladesh pada 1971, pejuang veteran itu bergabung dengan Angkatan Udara Bangladesh untuk mengabdikan diri bagi tanah kelahirannya.

Pada 1980, dia pensiun dan bergabung dengan dinas sipil, sebelum akhirnya berkarier di bidang politik.

Eks kepala penjaga perbatasan Bangladesh, Mayor Jenderal Fazlur Rahman, menyebut Azam sebagai kebanggaan Bangladesh.

Rahman menyebut Azam sebagai tokoh sejarah dengan catatan unik dan tak tertandingi.

“Dia adalah sumber inspirasi bagi setiap prajurit di medan perang, khususnya mengalahkan musuh besar dengan keterbatasan senjata," ujar dia.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.