Presiden Italia minta mantan kepala Bank Sentral UE bentuk pemerintahan
Presiden Italia memberikan mandat kepada mantan kepala Bank Sentral Eropa untuk membentuk koalisi baru dan memimpin negara keluar dari kekacauan

Roma
Giada Zampano
ROMA
Mantan kepala Bank Sentral Eropa Mario Draghi pada Rabu mendapat mandat untuk membentuk pemerintahan baru dari Presiden Italia untuk mengeluarkan negara itu dari krisis layanan kesehatan, sosial dan ekonomi.
Secara tiba-tiba, Presiden Italia Sergio Mattarella pada Selasa malam memanggil Draghi untuk berbincang pada Rabu pagi, menyusul kegagalan upaya untuk membentuk Kabinet baru oleh koalisi saat ini yang dipimpin oleh Perdana Menteri Giuseppe Conte.
Seperti yang diharapkan, Mattarella meminta Draghi - tokoh institusional dengan kedudukan internasional yang tinggi - untuk mencoba menyelesaikan kebuntuan politik pada bulan lalu.
Pemerintahan Conte runtuh minggu lalu setelah mantan perdana menteri Matteo Renzi menarik partai kecilnya Italia Viva dari koalisi yang berkuasa, mencopotnya dari mayoritas parlemen.
Sekarang, tugas berat Draghi adalah membangun kembali mayoritas yang solid di parlemen, mampu mendukung kepemimpinannya di saat-saat krisis di negara itu.
Dalam pidato singkatnya di hadapan pers, mantan ketua ECB itu mengakui tantangan yang akan dia hadapi.
Ini saat yang sulit dan saya menanggapi panggilan presiden secara positif, kata dia. “Mengalahkan pandemi, menyelesaikan kampanye vaksinasi, menanggapi kebutuhan warga dan mengembangkan kembali negara, ini adalah tantangan kami,” tutur dia.
Draghi juga menekankan bahwa tujuan utamanya adalah mendapatkan dukungan penuh di parlemen, serta menambahkan dia "yakin" bahwa dialog yang konstruktif dengan semua pihak akan mengarah pada kesatuan negara.
Super-Mario - julukan yang diperoleh Draghi secara global untuk peran utamanya dalam menyelamatkan mata uang tunggal selama krisis zona euro 2012 - menghadapi perpecahan berbahaya di antara pihak-pihak Italia.
- Tantangan langsung
Keputusan Mattarella untuk memilih Draghi sebagai kepala pemerintahan "persatuan nasional" mengguncang lanskap politik negara, menempatkan beberapa partai utama di posisi yang sulit.
“Tantangan langsung bagi Draghi akan mengamankan mayoritas di parlemen di mana ada ketidaknyamanan yang mendalam terhadap solusi teknokratis,” kata Wolfango Piccoli, kepala lembaga riset Teneo.
"Aritmatika parlemen yang ada semakin memperumit tugas ke depan bagi mantan presiden ECB," tambah dia.
Keberhasilan Draghi terutama akan bergantung pada posisi yang diambil oleh Gerakan Bintang Lima yang berkuasa dan Liga sayap kanan sebagai oposisi, karena kedua belah pihak telah lama bermusuhan dengan Draghi, yang dipandang sebagai bagian dari elit teknokratis Eropa yang mereka salahkan atas masalah ekonomi Italia.
Reaksi awal Gerakan Bintang Lima setelah Mattarella memanggil Draghi adalah negatif, dengan beberapa pemimpinnya secara terbuka mengatakan bahwa gerakan tersebut tidak akan pernah mendukung seorang eksekutif teknokratis.
Namun, analis mencatat bahwa posisi ini dapat berubah dengan cepat dalam beberapa hari mendatang.
Partai sayap kanan lainnya telah mengambil pendekatan berbeda terhadap kemungkinan pemerintahan Draghi. Forza Italia dari Silvio Berlusconi mengatakan akan bersedia mendukung Draghi, sementara partai sayap kanan Bersaudara dari Italia yang dipimpin oleh Giorgia Meloni sangat menentang keputusan Mattarella, meminta pemilihan lebih awal.
Draghi sekarang akan memulai pembicaraan dengan berbagai pihak dan kemudian melaporkan kembali ke Mattarella tentang kemungkinan hasil.