PM Sri Lanka mundur di tengah krisis ekonomi yang memburuk
Langkah itu diambil setelah demonstrasi anti-pemerintah berubah menjadi peristiwa kekerasan di Kolombo

ISTANBUL
Perdana Menteri Sri Lanka pada Senin mengundurkan diri ketika demonstrasi anti-pemerintah atas krisis ekonomi yang memburuk berubah menjadi aksi-aksi kekerasan.
"Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa telah mengirimkan surat pengunduran dirinya kepada Presiden Gotabhaya Rajapaksa," kata Rohan Welivita, sekretaris bidang media Perdana Menteri Rajapaksa.
Mahinda Rajapaksa sendiri juga mengkonfirmasi pengunduran dirinya di Twitter, dan mengatakan, "Saya telah mengajukan pengunduran diri saya sebagai Perdana Menteri kepada Presiden."
Sebelumnya, dia mengimbau masyarakat untuk menahan diri.
"Saya mendesak masyarakat umum untuk menahan diri dan mengingat bahwa kekerasan hanya menghasilkan kekerasan. Krisis ekonomi yang kita hadapi membutuhkan solusi ekonomi yang berkomitmen untuk diselesaikan oleh pemerintahan ini."
Perkembangan itu terjadi beberapa jam setelah bentrokan antara oposisi dan pendukung pemerintah di Kolombo, dan polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa dalam bentrokan.
Larangan keluar rumah telah diberlakukan di ibu kota dan bagian lain di negara itu, dan tentara telah diminta untuk membantu polisi dalam mengendalikan situasi.
Sri Lanka telah gagal membayar semua utang luar negerinya karena negara kepulauan itu menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa yang memicu protes besar-besaran.
Cadangan devisanya merosot karena penurunan drastis aktivitas pariwisata selama pandemi.
Pemerintah telah mendekati Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membantunya membayar impor makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
Banyak warga yang menuntut keluarga berpengaruh dalam pemerintahan untuk berhenti karena tidak bisa mengatasi masalah ekonomi. Sementara itu, Presiden Gotabaya adalah adik PM Mahinda.