Dunia

Perawat di AS gelar unjuk rasa soal alat pelindung Covid-19

Di depan Gedung Putih, para petugas kesehatan AS memegang poster yang menunjukkan nama dan gambar rekan-rekan mereka yang wafat akibat Covid-19

Muhammad Abdullah Azzam  | 23.04.2020 - Update : 24.04.2020
Perawat di AS gelar unjuk rasa soal alat pelindung Covid-19 Ilustrasi; Para tenaga kesehatan di Amerika Serikat. ( Tayfun Coşkun - Anadolu Agency )

Washington

Dildar Baykan, Michael Gabriel Hernandez

WASHINGTON

Sekelompok petugas kesehatan dari Persatuan Perawat Nasional Amerika Serikat (AS) melakukan aksi protes di depan Gedung Putih terkait kekurangan alat pelindung diri yang meningkatkan risiko tertular virus korona atau Covid-19.

Para pengunjuk rasa berdiri di luar Gedung Putih sambil memegang poster yang menunjukkan nama dan gambar rekan-rekan mereka yang wafat setelah merawat pasien penderita Covid-19.

Mereka berdiri sejajar dengan menjaga protokol jarak sosial, dan mengenakan masker atau penutup wajah sesuai dengan arahan pemerintah federal.

Banyak perawat dan petugas kesehatan lainnya jatuh sakit, dan beberapa di antaranya meninggal, setelah merawat pasien yang dites positif terkena virus tersebut.

Para petugas kesehatan memohon kepada publik agar warga tinggal di rumah dalam upaya mencegah penyebaran virus, serta memperingatkan bahwa banyak fasilitas tempat mereka bekerja tidak memiliki Alat Pelindung Diri atau APD yang memadai untuk melindungi mereka dan pasien.

Demonstran yang berkumpul di Lafayette Park di seberang Gedung Putih membacakan dengan lantang nama-nama sekitar 50 perawat yang wafat setelah tertular virus selama menjalankan tugas mereka.

Menurut data yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), lebih dari sembilan ribu petugas kesehatan didiagnosis tertular Covid-19, sementara 27 di antaranya meninggal.

Namun, media Amerika dan beberapa serikat perawat berpendapat bahwa jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi dari itu dan jumlah tes yang dilakukan tak cukup.

Kurangnya peralatan perlindungan pribadi yang dialami oleh petugas kesehatan di negara ini sering menjadi perhatian publik.

Trump telah mengaktifkan tindakan era Perang Korea, tetapi hanya memberlakukannya untuk memaksa perusahaan swasta untuk memproduksi ventilator, yang diperlukan untuk pasien penderita parah Covid-19.

Namun, setelah alat bantu pernafasan dipasang masih banyak pasien tidak sembuh.

AS kini menjadi negara yang paling banyak terpengaruh pandemi Covid-19, dengan data dari Universitas Johns Hopkins yang menghitung 788.920 kasus positif dan 42.458 kematian. Lebih dari 73.500 orang telah pulih.

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın