Mustafa Deveci

YERUSALEM

Data statistik baru yang dirilis oleh pihak berwenang Palestina menunjukkan kondisi kehidupan semakin memburuk di Jalur Gaza, dimana sekitar dua juta penduduk menderita dibawah blokade Israel selama sepuluh tahun terakhir.

Menurut survei terbaru oleh Biro Pusat Statistik Palestina, hingga 53 persen penduduk Gaza di bawah garis kemiskinan, naik 13 persen sejak 2011.

Para ahli mengatakan situasi yang memburuk itu disebabkan oleh lemahnya aktivitas bisnis dan produksi lokal sebagai dampak dari blokade Israel.

Kelangkaan listrik - yang disebabkan oleh blokade itu - turut berpengaruh pada produksi yang makin menurun, yang kemudian menyebabkan berbagai bisnis gulung tikar.

Selain itu, jumlah orang yang lalu lalang di kawasan Kerem Shalom (yang menyambungkan Gaza dengan Israel) making sedikit karena lemahnya daya beli masyarakat di Gaza.

Mesir juga tetap menutup akses terhadap perbatasan Rafah, satu-satunya perbatasan Gaza yang tidak dibawah kuasa Israel.

Semakin miskin

Jumlah pengangguran di Gaza sekarang berada di titik 44 persen (dibandingkan dengan 38 persen pada 2015 lalu). Di antara lulusan universitas, hingga 60 persen dari mereka menganggur, menurut data World Bank bulan lalu.

Populasi Gaza naik 38 persen dalam 10 tahun terakhir, namun ekonomi wilayah itu hanya naik 1,4 persen dalam jangka waktu yang sama.

Menurut Otoritas Keuangan Palestina, jumlah tabungan total pribadi penduduk jatuh dari USD 1,37 milyar pada 2016 menjadi USD 1,22 milyar saat ini.

Kantor PBB OCHA melaporkan pada akhir 2016, sebanyak 1,3 juta warga Gaza bergantung pada bantuan asing untuk tetap hidup, sementara 47 persen keluarga di Gaza tidak memiliki akses yang mudah mendapatkan bahan pangan.