Pelajar Palestina lawan Israel dengan bersekolah
Para pelajar SD Al-Itarat di wilayah Khan al-Ahmar memulai tahun ajaran baru lebih awal sebagai bentuk perlawanan terhadap ancaman penghancuran Israel

Ramallah
Qays Abu Samra, Zeynep Tufekci
RAMALLAH
Para pelajar Palestina di Sekolah Dasar Al-Itarat memulai tahun ajaran 2018-2019 lebih awal sebagai bentuk perlawanan para pelajar terhadap keputusan Israel yang ingin menghancurkan permukiman warga serta sebuah sekolah milik warga Palestina di wilayah Khan al-Ahmer, Yerusalem Timur.
Para pelajar di Al-Itarat menyatakan mereka tidak akan membiarkan ‘rumah ilmu’ mereka dihancurkan. SD Al-Itarat merupakan satu-satunya sekolah di wilayah Khan al-Ahmer. Sebanyak 170 orang pelajar menimba ilmu di sekolah tersebut.
“Kami berada di sini untuk melindungi sekolah kami dari ancaman Israel. Kami akan melindungi sekolah kami, rumah kami, kami tidak akan mengizinkan mereka untuk menghancurkannya,” ujar seorang pelajar Palestina kelas 7, Sujud Muhammad, sambil mengungkapkan rasa senangnya karena tahun ajaran baru ini dimulai lebih awal.
Tembok-tembok di sekolah tersebut dihiasi dengan tulisan, ‘Ilmu adalah cahaya bagi yang memanfaatkannya, dan api bagi yang menyerangnya’.
Menteri Pendidikan Palestina, Sabri Saidam, hadir pada upacara pembukaan tahun ajaran baru di SD Al-Itarat. Dalam pernyataannya, dia mengatakan sekolah yang dibangun dengan dana sumbangan para filantropis tersebut akan memulai proses pengajaran mereka lebih awal.
Saidam menyatakan warga akan melawan buldozer Israel dengan pendidikan. “Senjata kalian adalah pensil. Kalian akan mengalahkan penjajahan ini. Ujung pensil kalian lebih kuat dibandingkan senjata mereka,” ujar Saidam kepada para pelajar.
Selain Saidam, Menteri Urusan Yerusalem Adnan al-Husseini, Ketua Badan Perlawanan Tembok Rasial dan Permukiman Yahudi Walid Assaf, delegasi dari Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), para diplomat dan aktivis juga menghadiri upacara tahun ajaran baru tersebut.
Mahkamah Tinggi Israel memerintahkan penghancuran barak-barak yang dimukimi oleh 190 warga Palestina, dan pembongkaran sebuah sekolah dengan 170 siswa.
Wilayah tersebut merupakan tempat permukiman warga Palestina yang dipaksa bermigrasi dari Gurun Negev oleh Israel pada tahun 1953.
Khan al-Ahmar membentang dari Yerusalem Timur di Israel hingga Laut Mati.
Wilayah seluas 12.000 hektare ini merupakan bagian dari wilayah yang akan dicaplok dari rakyat Palestina dalam lingkup proyek E1.
Pihak Palestina menyatakan pemerintah Israel menghancurkan permukiman Arab Badui dan mengusir mereka secara paksa dengan tujuan untuk merelokasi masyarakat Yahudi yang bermukim di Yerusalem Timur, Azaria dan Laut Mati.