PBB: Kehidupan 170 ribu penduduk Sudan-Sudan Selatan terancam
Kurangnya layanan publik dasar, adanya sisa-sisa senjata dan bahan peledak setelah perang sipil mengancam keselamatan warga

Sudan
Adel Abdul-Rahim
KHARTOUM
Sedikitnya 170.000 orang di wilayah Sudan-Sudan Selatan hidupnya terancam.
"Dari 170.000 orang itu, 35.000 berasal dari suku Badui Al-Messiria, 15.000 dari suku Dinka, sementara 11.000 lainnya adalah pengungsi," ungkap Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) dalam sebuah pernyataan.
Menurut OCHA, kehidupan mereka terancam karena kurangnya layanan publik dasar dan adanya sisa-sisa senjata dan bahan peledak setelah perang sipil antara pemerintah Sudan dan pemberontak.
Perang sipil yang meletus di Abyei diakhiri dengan penandatanganan kesepakatan damai pada 2005, yang kemudian memicu pemisahan Sudan Selatan dari Sudan pada 2011.
Pada 2011, Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan setelah referendum di tahun yang sama.
Dua tahun setelah memisahkan diri, perang saudara pun pecah di Sudan Selatan antara pemerintah dan pasukan oposisi.
Sejak Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan, hubungan keduanya memanas, khususnya karena sengketa wilayah Abyei.