Netanyahu puji keputusan 'berani' Trump terhadap Iran
Militer Israel menginstruksikan pihak berwenang untuk menduduki Dataran Tinggi Golan untuk menjadi tempat perlindungan atas 'aktivitas Iran yang mencurigakan di Suriah'

Yerusalem
YERUSALEM
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Selasa memuji keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran.
Presiden Donald Trump mengumumkan sebelumnya soal penarikan AS dari partisipasinya dalam perjanjian nuklir, yang pernah menjadi perhatian dunia pada tahun 2015.
"Donald Trump mengambil keputusan yang berani untuk membatalkan kesepakatan dengan Iran," kata Perdana Menteri Israel Benjmain Netanyahu dalam pernyataan yang disiarkan televisi.
Netanyahu menggambarkan kesepakatan itu sebagai "sebuah resep bencana".
"Jika perjanjian itu dipertahankan, itu akan memungkinkan Iran [untuk mengakses] materi yang cukup untuk mengembangkan gudang penuh bom," Netanyahu menambahkan.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Liberman mengatakan bahwa langkah kepemimpinan yang berani akhirnya akan menyebabkan rezim Iran yang parah dan kejam runtuh.
"Pemimpin dunia bebas hari ini mengatakan [dengan jelas], sudah cukup", tambah Liberman.
Di tempat yang sama, Presiden Israel Reuven Rivlin menggambarkan keputusan itu sebagai langkah signifikan dalam menjamin keamanan Israel, kawasan dan seluruh dunia bebas.
Tentara Israel telah menginstruksikan pihak berwenang di Dataran Tinggi Golan yang diduduki untuk membuka tempat perlindungan atas "aktivitas Iran yang mencurigakan di Suriah".
"Menyusul identifikasi aktivitas pasukan Iran yang tidak biasa di Suriah, pihak berwenang telah memutuskan untuk mengubah instruksi perlindungan sipil di Dataran Tinggi Golan dan menginstruksikan pemerintah lokal untuk membuka dan menyiapkan tempat perlindungan," kata tentara Israel dalam sebuah pernyataan.
Trump telah memilih untuk tidak memperpanjang sanksi bebas untuk Iran menjelang tenggat waktu 12 Mei dan bersumpah bukannya untuk memaksakan kembali sanksi ekonomi terkait nuklir.
Perjanjian nuklir 2015 menempatkan pembatasan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada program nuklir Iran dengan imbalan miliaran dolar dalam bentuk bantuan dari sanksi internasional, tetapi Trump secara konsisten mencercanya sejak dia berusaha duduk di kursi Presiden AS. Trump berulang kali menuding itu adalah "kesepakatan terburuk" yang pernah ada.
Meski begitu, semua negara-negara mitra negosiasi AS - Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Cina, dan UE - telah sepakat bahwa mempertahankan kesepakatan itu adalah cara terbaik untuk menguasai program nuklir Iran.