Junta Myanmar berlakukan darurat militer pada dua wilayah di Yangon
Status itu diberlakukan setelah sedikitnya 39 pengunjuk rasa tewas dalam salah satu hari paling mematikan sejak kudeta 1 Februari menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP)

Jakarta Raya
JAKARTA
Junta Myanmar memberlakukan darurat militer di kawasan padat penduduk di Yangon pada Minggu malam.
Status itu diberlakukan setelah sedikitnya 39 pengunjuk rasa tewas dalam salah satu hari paling mematikan sejak kudeta 1 Februari menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Media yang dikelola pemerintah mengumumkan kota Hlaingtharyar Yangon dan Shwepyitha akan ditempatkan di bawah darurat militer.
Kedua kota besar dan miskin itu dikenal sebagai pusat pabrik, khususnya pabrik garmen.
“Junta memberikan kekuasaan administratif dan peradilan darurat militer kepada komandan regional Yangon ... untuk melakukan keamanan, menjaga aturan hukum dan ketenangan dengan lebih efektif," kata seorang penyiar di TV.
Intensitas demonstrasi anti-kudeta terus menguat di Myanmar sejak 1 Februari lalu.
Zay Phyo, seorang pemimpin protes, mengatakan lebih dari 500 personel keamanan telah dikerahkan untuk menargetkan demonstran di Hlaing Thar Yar.
“Ada beberapa petugas polisi, tetapi kebanyakan adalah tentara. Mereka menggunakan taktik gerilya melawan pengunjuk rasa damai,” kata Phyo kepada Anadolu Agency.
“Tentara bergerak di sekitar area dengan sepeda motor, menembak orang secara acak. Itulah mengapa ada begitu banyak korban," terang Phyo.
Beberapa orang lagi terluka saat pasukan menembakkan gas air mata, granat kejut, peluru karet, dan peluru tajam ke arah kerumunan.
"Kami telah mengantisipasi tindakan keras seperti itu dan telah bersiap untuk membela diri kami sendiri semampu yang kami bisa," kata Phyo.