Dunia

Ilmuwan muslim dunia berkumpul bahas perkembangan keislaman

Cendekiawan muslim Prof. Dr Quraish Shihab dan Dekan Universitas al-Azhar Mesir Abdul Fattah Awwari hadir dalam kegiatan ini

10.08.2017 - Update : 10.08.2017
Ilmuwan muslim dunia berkumpul bahas perkembangan keislaman

Regional

Iqbal Musyaffa

JAKARTA

Para ilmuwan Islam dari Indonesia, Mesir, Arab Saudi, Suriah, Oman, Sudan, Maroko, dan Yordania berkumpul dalam seminar internasional bertajuk Progressive Thinking in Contemporary Islamic and Arabic Studies di UIN Syarif Hidayatullah Ciputat pada 8-10 Agustus.

Ketua Panitia sekaligus Ketua Program Studi Dirosat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, Yuli Yasin, mengatakan, seminar ini diselenggarakan bersama Organisasi Alumni Al-Azhar cabang Indonesia.

“Sebanyak 30 pembicara dengan rincian 18 pembicara dari Indonesia dan 12 pembicara dari 7 negara lainnya, hadir mengisi seminar internasional ini,” jelasnya kepada Anadolu Agency.

Beberapa nama turut menghadiri seminar ini antara lain cendekiawan muslim Prof. Dr Quraish Shihab, Dekan Fakuktas Dirasat Islamiyyah Universitas Azhar Mesir Abdul Fattah Awwari, perwakilan dari Organisasi Alumni Al-Azhar Indonesia Huzaemah Tahido Yanggo, dan para tokoh lainnya.

“Melalui seminar ini, kita ingin menunjukkan bahwa studi keislaman juga tidak tertinggal dengan kemajuan teknologi dan bidang keilmuan lainnya. Kita merumuskan cara untuk menghadapi tantangan zaman karena Islam bisa ditempatkan di mana saja dan kapan saja,” ujarnya.

Sementara itu, Nur Abdullah Attibi selaku salah satu pembicara menekankan pentingnya mengembangkan tradisi keilmuan karena itu merupakan kewajiban dalam Islam. “Sekaligus untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama yang sesuai dengan pengetahuan,” ucap dia.

Untuk mencapai pengetahuan, setiap orang harus menggunakan wahyu, argumentasi, dan akal sehat. “Ketiga hal ini saling terintegrasi untuk mendapatkan pengetahuan dan inspirasi di dalam penjelasanAl-Qur’an,” tukas dia.

Di kesempatan yang sama, Badr ibn Hilal menyampaikan perlunya pembaruan metode pengajaran bahasa Arab. Saat ini, menurutnya, masih sering ditemui kesulitan dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab.

“Perlu strategi pengajaran yang efektif di mana pelajar menjadi fokus dalam kegiatan pembelajaran,” urai dia. 

Dengan begitu, pelajar bisa aktif dan tidak hanya pasif menerima materi. 

Ia menceritakan upaya cendekiawan awal abad hijriyah dalam menjaga bahasa Arab dan mengajarkannya pada orang-orang non-Arab yang baru masuk Islam. 

Ada tiga poin penting yang berhasil dilakukan untuk menjaga keaslian bahasa Arab. Pertama mengumpulkan syiir dan hikayat bahasa Arab agar tidak musnah. Kedua, menciptakan kaidah bahasa Arab yang lebih kita kenal dengan ilmu Nahwu. Ketiga, mengumpulkan kalimat asing untuk kemudian diartikan ke bahasa Arab dan disusun dalam kamus.

“Khalil ibn Ahmad adalah cendikiawan muslim yang paling berjasa menyempurnakan pembuatan kamus dalam kitabnya al-Ain,” urainya.


Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Topik terkait
Bu haberi paylaşın