Dominasi AS di Timur Tengah kian melemah
Namun, pengaruh Amerika Serikat (AS) di Arab Saudi masih kuat

Jakarta Raya
Pizaro Gozali İdrus
JAKARTA
Dominasi Amerika Serikat (AS) di kawasan Timur Tengah kian melemah seiring mengendurnya kekuatan Arab Saudi di Timur Tengah, ujar pengamat.
“Secara global Amerika kini lemah, dan Iran menjadi kuat,” ujar pengamat Timur Tengah Muhammad Luthfi Zuhdi, Rabu di Jakarta.
Menurut Zuhdi, Saudi selama ini menjadi mitra AS di Timur Tengah, namun posisi Saudi semakin terancam dengan kekuatan Iran.
“Yaman dan Irak kini dikuasai oleh Iran,” ujar Zuhdi yang juga Ketua Program Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia ini.
Zuhdi mengatakan Syiah memang tengah membangun kekuatan di Timur Tengah.
Bahkan negara teluk seperti Bahrain walaupun pemimpinnya Sunni, mayoritas warganya adalah Syiah.
“Kalau pemerintahannya lemah akan jatuh ke Syiah,” ujar Zuhdi.
Namun, Zuhdi melihat hubungan Hamas dan Iran hanyalah kerjasama taktis di Palestina.
“Hamas itu Sunninya kuat, tentu kerjasama ini tidak termasuk unsur ideologi,” kata Zuhdi.
Lobi Yahudi di AS
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais menjelaskan lobi Yahudi sangat kuat dalam politik AS, termasuk dalam menentukan calon presiden.
“Yahudi di sini menganut ideologi zionisme,” ujar Hanafi.
Kelompok lobi Yahudi berpengaruh di Amerika adalah The American Israel Public Affair Committee atau AIPAC.
Mereka bertugas memengaruhi kebijakan politik AS di Timur Tengah agar pro terhadap Israel sebagaimana terjadi di Palestina.
“Meskipun resolusi PBB menolak proyek pemukiman, Israel terus berjalan karena mendapat dukungan AS,” ujar legislator jebolan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada ini.
Hanafi menegaskan sebenarnya Trump menolak menandantangi pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, namun lobi Yahudi mampu menjinakkan Trump.
“AS akan membayar mahal keputusan karena melawan dunia internasional,” ujar Hanafi.
Hanafi menjelaskan Trump kini kian tidak popular di AS, apalagi sejumlah bisnis presiden AS itu terus merosot.
“Saat saya mengunjungi AS, warga sudah banyak membentangkan spanduk impeachment karena jika dibiarkan Trump akan menjadi masalah,” kata putra Amien Rais ini.
Hanafi menjelaskan kini perhatian AS kepada kawasan Timur Tengah sudah mulai mengendur.
Dari tahun ke tahun, kepedulian AS terhadap Palestina juga memudar. Hal itu terlihat sejak zaman Ronald Reagen, Bill Clinton, Barrack Obama, dan kini Donald Trump.
“Mereka sudah tidak peduli,” kata Hanafi.
Namun, Hanafi menjelaskan pengaruh AS di Arab Saudi masih sangat kuat sebagaimana reformasi yang tengah dibangun Putra Mahkota Muhammad Bin Salman.
“Perubahan di Saudi tidak terjadi dalam ruang kosong. Liberalisme Saudi didukung oleh AS,” kata Hanafi.