Diancam Israel, delegasi Prancis tunda kunjungi aktivis Palestina
Ancaman pemerintah Israel atas rencana kunjungan ke pemimpin Fatah itu dianggap sebagai penghinaan kepada Prancis

Jakarta Raya
Hajer M'tiri
PARIS
Delegasi Prancis dari pejabat terpilih dan anggota parlemen memutuskan untuk menunda kunjungan mereka ke aktivis Palestina yang dipenjara, setelah dihadapkan pada ancaman pemerintah Israel.
Anggota delegasi membuat keputusan tersebut setelah pertemuan dengan Kementerian Luar Negeri Prancis digelar pada Jumat malam.
Delegasi yang merupakan bagian dari jaringan Barghouti itu sebelumnya menjadwalkan bakal memulai kunjungan ke Palestina dan Israel pada hari ini, Sabtu.
Jaringan itu dinamai Barghouti mengikuti nama pemimpin Fatah terkemuka Marwan Barghouti, yang sedang menjalani lima hukuman seumur hidup di Israel.
Rencananya, delegasi akan menemui Barghouti dan Salah Hamouri, seorang aktivis hak asasi narapidana Prancis-Palestina yang ditangkap oleh pasukan Israel pada bulan Agustus lalu.
"Tekanan pemerintah Israel terhadap mitra Israel dan juga Palestina yang masih terus berlanjut berserta strategi ketegangannya, tidak dapat menjamin keamanan delegasi. Kami tidak dapat memastikan program pertemuan dengan anggota parlemen Israel di Knesset dan otoritas Palestina di Muqata, dan juga pertemuan dengan LSM," kata perwakilan jaringan Barghouti dalam sebuah pernyataan.
Jaringan tersebut mengatakan bahwa sikap pemerintah Israel yang melontarkan ancaman itu menandakan penghinaan terhadap Republik Prancis dan pejabat terpilihnya.
“Dalam situasi ini, kami akan mengulang langkah-langkah untuk meminta pemerintah Prancis mengeluarkan surat baru untuk otorisasi guna menemui Marwan Barghouti dan Salah Hamouri di penjara.”
Pada Senin lalu, menurut surat kabar Haartez, Israel mengumumkan pihaknya tidak akan mengizinkan ketujuh anggota delegasi anggota masuk ke negara tersebut karena dukungan mereka untuk memboikot Israel.
Laporan itu mengatakan keputusan dibuat berdasarkan undang-undang yang disahkan oleh parlemen Israel awal tahun ini yang melarang visa masuk atau hak tinggal kepada orang asing yang mendukung sebuah kampanye internasional melawan Israel.
Beberapa anggota kelompok dilaporkan mendukung gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi, sebuah kampanye global yang diluncurkan pada tahun 2005 untuk menciptakan tekanan ekonomi dan politik yang lebih besar terhadap Israel, serta untuk mengakhiri dukungan internasional untuk pendudukan tanah Palestina.
Barghouti pada 16 April menulis sebuah artikel untuk New York Times dari Penjara Hadarim yang menggambarkan kesulitan yang dihadapi oleh narapidana Palestina di penjara Israel. Dia kala itu melancarkan aksi mogok makan.
Sedikitnya 200 warga Palestina telah tewas di penjara Israel sejak tahun 1967, sementara sekitar 800 ribu orang Palestina telah ditangkap atau ditahan sejauh ini. Angka tersebut sama dengan 40 persen populasi laki-laki di Palestina.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.